Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak jatuh hampir 3 persen pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Pendorong penurunan harga minyak ini adalah kekhawatiran pelaku pasar akan kelebihan pasokan.
Mengutip Reuters, Jumat (3/5/2019), harga minyak mentah AS turun USD 1,79 atau 2,8 persen ke level USD 61,81 per barel, menuju penurunan mingguan terbesar sejak Februari. Sedangkan harga minyak berjangka Brent turun USD 1,43 per barel atau 2 persen menjadi USD 70,75 per barel.
Advertisement
Baca Juga
Sentimen pasar menjadi bearish karena pergeseran kebijakan AS mengenai Iran memiliki dampak yang lebih cepat dibandingkan yang ditakutkan di awal. Kebijakan AS ini bisa membuat pasokan minyak mentah di pasar berlebih sehingga menekan harga minyak.Â
Sanksi AS terhadap Iran seharusnya semakin meningkat pada minggu ini tetapi kebijakan Presiden AS Donald Trump justru mengabaikan hal tersebut dan memungkinkan delapan negara termasuk China untuk terus berbisnis dengan Iran.
China telah mengeluh kepada Amerika Serikat tentang sanksi Iran dan Turki. China mengatakan tidak mudah menggantikan peran kedua negara tersebut. Oleh karena itu China menyeyrukan kepada Washington untuk meninjau kembali langkahnya.
Harga minyak sebelumnya telah didukung oleh krisis politik di Venezuela, sanksi yang lebih keras dari AS terhadap Iran dan pengurangan produksi dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perdagangan Kemarin
Sedangkan pada perdagangan sebelumnya, harga minyak berjangka sedikit berubah pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB) setelah keputusan pembatasan pasokan, termasuk pembicaraan lebih lanjut tentang perpanjangan pemotongan yang dipimpin OPEC, mengimbangi kenaikan persediaan minyak mentah AS dan rekor produksi.
Dilansir dari Reuters, Kamis (2/5/2019), harga minyak mentah Brent ditutup pada USD 72,18 per barel, naik USD 12 sen, atau 0,2 persen, setelah jatuh ke level USD 71,3 per barel.Â
BACA JUGA
Sementara, harga minyak mentah Intermediate West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir turun USD 31 sen atau 0,5 persen menjadi USD 63,6 per barel, naik dari USD 62,77 sesi rendah
Persediaan minyak mentah AS melonjak 9,9 juta barel minggu lalu menjadi 470,6 juta barel ke level tertinggi sejak September 2017 karena impor tumbuh ke level tertinggi sejak Januari dan tingkat pengilangan turun di bawah 90 persen dari total kapasitas, kata Administrasi Informasi Energi.
Produksi minyak mentah di Amerika Serikat, produsen utama dunia, naik ke rekor tertinggi 12,3 juta barel per hari pekan lalu.
"Penurunan aktivitas penyulingan dan kenaikan impor telah membantu mendorong persediaan minyak mentah ke level tertinggi lainnya," kata Matt Smith, Direktur Riset komoditas dari ClipperData.
Namun, Brent membalikkan arah penurunannya setelah Menteri Energi Oman, Mohammed bin Hamad al-Rumhy mengatakan bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) berniat untuk memperpanjang pengurangan pasokan pada pertemuan Juni.
Harga minyak mentah telah meningkat lebih dari 30 persen sepanjang tahun ini, didukung terutama oleh kesepakatan yang dipimpin OPEC untuk memotong 1,2 juta barel per hari pasokan selama enam bulan. Pada bulan April, Brent meningkat sekitar 6,5 persen dan WTI naik 6,3 persen, bulan keempat berturut-turut.
Advertisement