Liputan6.com, Philadelphia - Profesor Jonah Berger dari Wharton School, Universitas Pennsylvania, menyimpulkan bahwa para orang kaya hobi membeli barang-barang tidak berguna. Kegunaan praktisnya memang tidak ada, para orang kaya semata ingin menunjukan simbol status sosial.
Dilaporkan Business Insider, benda tak berguna bisa, notabene yang mahal, bisa menjadi simbol status. Ini Berger ungkap dalam bukunya berjudul Invisible Influence: The Hidden Forces That Shape Behavior (Pengaruh Tak Terlihat: Kekuatan Tak Terlihat Yang Membentuk Perilaku).
Advertisement
Baca Juga
Salah satu contohnya adalah arloji Romain Jerome seharga USD 300 ribu yang ludes setelah dua hari peluncuran. Padahal, jam itu hanya bisa menunjukan waktu siang dan mahal. Jam mahal itu, meski kurang fungsional, dinilai menunjukan simbol status sosial pembelinya.
"Kebanyakan orang membeli produk-produk itu (seperti jam tangan) untuk keuntungan fungsional, jadi sesuatu yang secara eksplisit menanggalkan fungsi tersebut mengirimkan sinyal identitas yang jelas," ujar Berger.
Selain barang tak berguna, Berger menyebut ada empat hal lain yang bisa menunjukanstatus sosial, yaitu biaya uang, biaya waktu, biaya peluang, dan biaya sakit dan dedikasi.
Biaya uang yang dimaksud tentu berarti harta yang dimiliki untuk membeli barang mahal. Biaya waktu digunakan dalam mempelajari sesuatu yang mewah, misal belajar wine-tasting.
Biaya peluang adalah ketika melakukan sesuatu yang lazimnya bisa mempersulit diri, misal memiliki tindikan yang justru menyulitkan mencari kerja. Terakhir, ada biaya sakit dan dedikasi, contohnya rela sit-up ratusan kali demi perut six-pack.
"Hal-hal itu membedakan antara orang dalam dan peniru. Antara orang yang tahu atau paham akan domain tertentu dan yang tidak," jelas Berger yang menambahkan jika sesuatu makin susah ditiru, maka nilainya makin tinggi sebagai simbol status sosial.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Miliarder Warren Buffett Ungkap Hal Paling Penting bagi Anak Muda
Sebagai investor paling sukses sepanjang sejarah, Warren Buffettmemang sangat terkenal. Bukan hanya itu, miliarder ini juga dikenal karena bakatnya menyusun kata-kata bijak dengan cara yang sederhana. Baru-baru ini dalam salah satu bukunya berjudul Getting There: A Book of Mentors, Buffett mengungkapkan hal paling penting yang perlu dilakukan orang-orang yang masih muda.
"Salah satu pesan paling penting bagi para pemuda adalah 'Jaga tubuh dan pikiranmu'," tulisnya dalam essay untuk buku tersebut seperti dilansir dari CNBC.
Terdengar sederhana bukan? Tapi Buffett memiliki analogi untuk menjabarkannya.
"Katakan saya menawarkan Anda membeli mobil impian Anda. Anda dapat memilih mobil manapun dan nanti malam mobil tersebut sudah menanti di rumah," ujarnya mengawali analogi tersebut.
Warren Buffett mengatakan, seumur hidup, hanya mobil itu yang Anda miliki. Anda tak akan pernah bisa memiliki mobil lain. Lalu Buffett bertanya, dengan kondisi itu bagaimana Anda akan memperlakukan mobil tersebut.
"Anda mungkin akan membaca petunjuk penggunaannya hingga 4 kali sebelum mengendarainya; Anda akan melindunginya sepanjang waktu, mengganti olinya dua kali lipat lebih sering dari seharusnya," tutur Buffett.
Bahkan menurut Buffett, jika ada lecet sedikit, Anda akan langsung memperbaikinya. Karena Anda tahu, hanya itu mobil yang Anda punya seumur hidup. Dengan kata lain, begitu pula Anda seharusnya memperlakukan tubuh Anda.
"Anda hanya punya satu tubuh dan satu pikiran seumur hidup. JIka Anda tidak merawatnya dengan baik saat masih muda, itu seperti meninggalkan mobil di tengah hujan badai dan membiarkan rayap menghancurkannya," terang Buffett.
Menurut Warren Buffett, Anda tidak merawat kesehatan tubuh dan pikiran sejak berusia 40-50an Anda akan seperti mobil yang tak bisa dipakai pergi kemanapun.
Advertisement
Miliarder Warren Buffett Ingat Puisi Ini Ketika Hadapi Masalah
Warren Buffett ternyata juga suka puisi. Ia pun sempat membagikan puisi tersebut agar para investor tetap tenang ketika ada masalah di pasar.
Mengutip CNBC, puisi yang dimaksud berjudul "Jika" karangan Rudyard Kipling. Puisi bercerita tentang ketenangan hati dan pikiran ketika muncul masalah serta keraguan.
Berikut terjemahan dari nukilan puisi yang dikutip Warren Buffett dalam suratnya tahun lalu:
"Jika kamu bisa menjaga pikiranmu ketika orang-orang di sekitarmu kehilangan punya mereka ...
Jika kamu bisa menunggu dan tidak lelah menunggu ...
Jika kamu bisa berpikir dan tidak menjadikan berpikir sebagai tujuan ...
Jika kamu bisa bisa memercayai dirimu ketika semua orang meragukanmu ...
Milikmu adalah Dunia ini dan semua di dalamnya."
Selain mengajak agar tetap tenang ketika ada masalah, puisi itu juga mengajak bersabar. Tertulis pula pentingnya berpikir, tapi tidak menjadi berpikir sebagai tujuan semata, sebab tindakan juga penting.
Puisi itu sejatinya berisi petuah pentingnya hidup dengan moderasi, tanpa grasa-grusu. Di akhir puisi, Kipling menulis yang bisa menguasai hal-hal tersebut bisa menjadi manusia seutuhnya dan dapat menjalani kehidupan di dunia dengan lebih baik.