Liputan6.com, Jakarta - Jelang pengumuman rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung bervariasi.
Mengutip kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah melemah 10 poin ke posisi 14.458 per dolar Amerika Serikat (AS) dari penutupan perdagangan kemarin di kisaran 14.448 per dolar AS.
Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat 11 poin ke posisi 14.452 per dolar AS dari penutupan perdagangan kemarin di kisaran 14.463 per dolar AS. Penguatan rupiah pun terbatas ke posisi 14.455 per dolar AS. Rupiah bergerak di kisaran 14.442 per dolar AS-14.469 per dolar AS.
Advertisement
Baca Juga
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, pelaku pasar cenderung wait and see jelang keputusan rapat dewan gubernur BI pada Rabu pekan ini. BI menggelar rapat pada 15-16 Juni untuk memutuskan kebijakan moneter yang dilakukan termasuk suku bunga acuan.
"Biasanya jelang keputusan RDG, pelaku pasar wait and see, rupiah stabil,” ujar Josua saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan, penguatan dolar AS mulai terbatas usai pernyataan Presiden AS Donald Trump yang akan menunda penerapan tarif impor mobil produk Eropa selama enam bulan. Hal ini mengurangi kekhawatiran investor.
"Yang menjadi kekhawatiran setelah perang dagang dengan China berlanjut ke Eropa tetapi pernyataan Trump menunda penerapan tarif membuat kekhawatiran investor agak mereda,” kata dia.
Di sisi lain, Indonesia alami defisit perdagangan mencapai USD 2,5 miliar, menurut Josua menjadi penghalang penguatan rupiah terhadap dolar AS. Josua prediksi, nilai tukar rupiah bergerak di kisaran 14.400-14.850 per dolar AS pada Rabu pekan ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Sebab Rupiah Melemah Hingga 14.453 per Dolar AS
Sebelumnya, nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) melemah dalam beberapa hari terakhir. Hari ini Rupiah bahkan menyentuh angka 14.453 per Dolar AS.
Senior Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, pelemahan nilai tukar ini disebabkan oleh faktor musiman yaitu pembayaran dividen dan bunga utang luar negeri pada kuartal II.
"Disebabkan pada faktor musiman pembayaran deviden dan bunga utang luar negeri pada triwulan kedua," ujar Andry di Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu, 15 Mei 2019.
Andry mengatakan selain karena pembayaran dividen dan utang, pelemahan Rupiah juga dipengaruhi peningkatan impor barang konsumsi menjelang Ramadan.
"Penyebab lain yang tidak kalah pentingnya adalah meningkatnya tensi perang dagang antara AS dan Tiongkok," kata Andry.
Perang dagang, kata Andry, menyebabkan terjadinya arus modal keluar instrumen investasi safe haven yang ditandai dengan menurunnya IHSG serta meningkatnya imbal hasil SBN bertenor 10 tahun.
"Menurut kami volatilitas nilai tukar tersebut hanya bersifat sementara dan kami memprediksi pada akhir tahun ini nilai tukar Rupiah akan berada pada kisaran Rp14.248 per USD," tandasnya.
Advertisement