Liputan6.com, Jakarta Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) melemah dalam beberapa hari terakhir. Hari ini Rupiah bahkan menyentuh angka 14.453 per Dola AS.
Senior Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, pelemahan nilai tukar ini disebabkan oleh faktor musiman yaitu pembayaran dividen dan bunga utang luar negeri pada triwulan II.
Advertisement
Baca Juga
"Disebabkan pada faktor musiman pembayaran deviden dan bunga utang luar negeri pada triwulan kedua," ujar Andry di Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (15/5/2019).
Andry mengatakan selain karena pembayaran dividen dan utang, pelemahan Rupiah juga dipengaruhi peningkatan impor barang konsumsi menjelang Ramadan.
"Penyebab lain yang tidak kalah pentingnya adalah meningkatnya tensi perang dagang antara AS dan Tiongkok," kata Andry.
Perang dagang, kata Andry, menyebabkan terjadinya arus modal keluar instrumen investasi safe haven yang ditandai dengan menurunnya IHSG serta meningkatnya imbal hasil SBN bertenor 10 tahun.
"Menurut kami volatilitas nilai tukar tersebut hanya bersifat sementara dan kami memprediksi pada akhir tahun ini nilai tukar Rupiah akan berada pada kisaran Rp14.248 per USD," tandasnya.
Reporter: Anggun P Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Â
Perang Dagang AS-China Masih Berlanjut, Rupiah Melemah Terbatas
Nilai tukar rupiah melemah tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu pekan ini.
Ketegangan perang dagang antara AS dan China serta rilis data neraca perdagangan April 2019 membayangi laju nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, Rabu (15/5/2019), rupiah melemah tipis empat poin dari posisi 14.444 per dolar AS pada Selasa 14 Mei 2019 menjadi 14.448 per dolar AS pada 15 Mei 2019.
Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 0,07 persen menjadi 14.445 per dolar AS dari penutupan kemarin di kisaran 14.434 per dolar AS.
Baca Juga
Pada Rabu siang, rupiah masi di kisaran 14.445 per dolar AS. Sepanjang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.437-14.452 per dolar AS.
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, ketegangan perang dagang AS dan China berlanjut masih menekan laju nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Apalagi indeks dolar AS masih tetap menguat terhadap mata uang utama lainnya sehingga menekan laju nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Selain itu, ada faktor musiman seiring perusahaan multinasional membayar dividen sehingga membutuhkan dolar AS. Ditambah pembayaran utang perusahaan sehingga menambah tekanan terhadap rupiah.
Meski demikian, Josua menuturkan, Bank Indonesia (BI) akan tetap berada di pasar dan tidak membiarkan rupiah jauh dari fundamentalnya.
"Sentimen eksternal kurang mendukung. Ada seasonal factor seiring permintaan dolar untuk dividend an pembayaran utang jadi situasi kurang baik. Namun, BI akan tetap di pasar valas dan obligasi denga masuk di pasar surat utang negara (SUN)," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Rabu pekan ini.
Sedangkan sentimen neraca perdagangan, menurut Josua belum akan terlalu pengaruhi. Pelaku pasar memang akan respons data neraca perdagangan tetapi sentimen eksternal lebih dominasi pergerakan rupiah.
Josua pun memperkirakan, rupiah akan bergerak di kisaran 14.400-14.500 per dolar AS pada Rabu pekan ini.
Â
Advertisement
Rupiah Bakal Sentuh 14.500 per Dolar AS Imbas Perang Dagang
Sebelumnya, memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-China ikut serta menekan mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah 11 poin terhadap dolar AS ke posisi 14.434. Pada perdagangan sebelumnya, rupiah ditransaksikan di kisaran 14.423 per dolar AS.
Ekonom Centre of Reform on Economics (CORE), Piter Abdullah mengatakan, rupiah diperkirakan masih akan tertekan hingga kuartal II 2019.
"Perbaikan ekonomi AS menyebabkan presiden Trump semakin percaya diri melanjutkan perang dagang. Dengan mentahnya perundingan perang dagang, masa depan perdagangan global kembali muram. Harga komoditas bisa kembali terpuruk," tuturnya saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa, 14 Mei 2019.
"Ini kabar buruk untuk Indonesia yang mengandalkan ekspornya pada barang komoditas. Artinya semakin sulit untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan," tambah dia.
Dia menjelaskan, posisi rupiah pada kondisi ini menjadi rawan mengingat investor asing sangat bergantung pada isu global yang tengah bergulir.
"Kondisi ini merupakan pertimbangan investor global atas investasi portfolio mereka di Indonesia. Sedikit saja mereka menarik investasi mereka keluar, rupiah secara significant melemah," ujar dia.
Sementara itu, Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi rupiah berada di rentang 14.400-14.500 per dolar AS pada jangka pendek ini.
"Sejauh ini pelemahan rupiah hanya bersifat sementara. Rupiah akan cenderung menguat terhadap dollar AS ketika sentimen perang dagang mereda dan akan ditopang oleh perbaikan defisit transaksi berjalan pada tahun ini," kata dia.Â
Â