Menunggu Data Transaksi Berjalan, Rupiah Tertekan ke 14.370 per Dolar AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.33 per dolar AS hingga 14.370 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 10 Mei 2019, 10:45 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2019, 10:45 WIB
Persiapan Uang Tunai Bi
Petugas melakukan pengepakan lembaran uang rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (21/12). Bank Indonesia (BI) mempersiapkan Rp 193,9 triliun untuk memenuhi permintaan uang masyarakat jelang periode Natal dan Tahun Baru. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - NIlai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Jumat ini. Investor tengah menunggu data neraca transaksi berjalan Kuartal I 2019. Sentimen lain yang juga mempengaruhi gerak rupiah adalah pembicaraan perang dagang antara AS dengan China.

Mengutip Bloomberg, Jumat (10/5/2019), rupiah di buka diangka 14.335 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan panutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.360 per dolar AS. Namun kemudian, rupiah bergerak melemah ke 14.369 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.33 per dolar AS hingga 14.370 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 0,15 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.347 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.338 per dolar AS.

Analis memperkirakan nilai tukar rupiah pada Jumat ini masih tertekan dengan penggerak utama sentimen dari domestik yakni pengumuman neraca transaksi berjalan periode kuartal I 2019.

Jika neraca transaksi berjalan kuartal I 2019 masih defisit melebihi USD 5 miliar, kurs rupiah akan semakin terpukul, ditambah sentimen eksternal dari memanasnya perang dagang antara AS dan China.

"Kalau data transaksi berjalan ini dirilis saat jam buka pasar, tentu akan mempengaruhi pergerakan rupiah hari ini. Bila defisi transaksi berjalan masih negatif di atas lima miliar dolar AS bisa jadi faktor tekanan untuk Rupiah," kata Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra dikutip dari Antara.

Di kuartal IV 2018, defisit transaksi berjalan Indonesia membengkak hingga 9,1 miliar dolar AS atau 3,57 persen Produk Domestik Bruto (PDB). Bank Indonesia (BI) sebelumnya meyakinkan bahwa defisit transaksi berjalan di kuartal I 2019 akan lebih rendah dibanding kuartal IV 2018.

Adapun, Bank Sentral akan mengumumkan data transaksi berjalan dan data neraca pembayaran Indonesia pada Jumat siang ini.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Perang Dagang

Nilai tukar Rupiah
Petugas menunjukkan pecahan uang dolar Amerika di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (5/9). Nilai tukar Rupiah di pasar spot menguat tipis 0,06 persen ke Rp 14.926 per dollar Amerika. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Sentimen dari eksternal juga cukup besar menyusul sikap pelaku pasar yang menanti-nanti hasil kunjungan Wakil Perdana Menteri China Liu He ke Washington AS akhir pekan ini.

Gonjang-ganjing hubungan dagang negara ekonomi raksasa dunia, AS dan China sudah mengganggu pasar dalam beberapa hari terakhir. Pelaku pasar sempat berekspetasi positif, setelah perundingan Washington dan Beijing berjalan mulus, namun ekspetasi itu sirna setelah Presiden AS Trump mengancam akan menaikkan bea impor untuk China.

Dalam cuitannya, Trump menuduh China melanggar janji. Oleh karena itu, dia akan menaikkan bea masuk untuk importasi produk-produk China senilai 200 miliar dolar AS dari 10 persen menjadi 25 persen, pada 10 Mei 2019.

Menyikapi ancaman AS ini, negeri "Tirai Bambu" memanaskan bara perseteruan dengan menyatakan akan melakukan serangan balik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya