Strategi Pemerintah Genjot Ekspor

Pemerintah menyatakan akan berupaya meningkatkan ekspor dan menekan impor.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Mei 2019, 16:45 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2019, 16:45 WIB
20161025-Bea-Cukai-Kembangkan-ISRM-untuk-Pangkas-Dwelling-Time-Jakarta-IA
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (25/10). Kebijakan ISRM diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pelayanan dan efektifitas pengawasan dalam proses ekspor-impor. (Liputan6.com/Immaniel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, pemerintah akan terus berupaya meningkatkan kinerja ekspor. Terdapat beberapa langkah yang telah dan akan dilakukan pemerintah.

Menurut Mantan Gubernur BI ini, pemerintah tetap terus mendorong ekspor dan menekan impor dengan menyiapkan industri substitusi pengganti impor.

Untuk ekspor, kata dia, harus lebih cermat mengenai identifikasi barang apa yang bakal dikirim. Indonesia tidak bisa lagi mengekspor barang ke luar negeri tanpa perhitungan yang cermat.

"Kalau mau ekspor kelihatannya kita harus lebih cermat, apa barangnya. Itu sudah harus diidentifikasi dengan baik. kalau hanya dicoba-coba dalam situasi seperti ini, itu tidak benar," kata dia, Jakarta, Jumat (17/5/2019).

Sedangkan untuk impor, pemerintah telah memperbarui kebijakan tax holiday alias pengampunan pajak terhadap 200 jenis lebih industri.

Meskipun demikian, ia mengakui jumlah itu baru beberapa bagian saja dari keseluruhan industri yang tercatat dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI).

Darmin menuturkan, dalam kebijakan tax holiday ini, fasilitas tak hanya diberikan bagi industri substitusi impor seperti industri besi baja dan petrokimia. Namun, fasilitas juga diberikan bagi industri berorientasi ekspor.

"Ya walau ekspornya enggak seperti dahulu, tapi enggak apa-apa, yang penting tetap menjaga pertumbuhan," tandasnya.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Defisit Perdagangan Tembus USD 2,5 Miliar pada April

20161018-Ekspor Impor RI Melemah di Bulan September-Jakarta
Ratusan peti kemas di area JICT Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (18/10). Secara kumulatif, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Januari-September 2016, nilai ekspor sebesar US$ 104,36 miliar, turun 9,41% (yoy). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis nilai neraca perdagangan Indonesia pada April 2019 mengalami defisit sebesar USD 2,5 miliar. Faktor penyebabnya adalah defisit sektor migas dan non-migas masing-masing sebesar USD 1,49 miliar dan USD 1,01 miliar.

Pada April 2019, ekspor mencapai USD 12,6 miliar, turun 10,8 persen dibandingkan Maret 2019 yang senilai USD 14,12 miliar. Sementara itu, impor April 2019 yang tercatat USD 15,10 miliar, naik dari Maret 2019 sebesar 12,25 persen senilai USD 13,45 miliar.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, ekspor pada April mengalami penurunan karena sektor migas dan non migas turun cukup signifikan. Sektor migas turun sebesar 34,95 persen sedangkan non migas turun sebesar 8,68 persen.

"Ekspor migas pada April sebesar USD 0,74 miliar dan non migas sebesar USD 11,86 miliar," ujar dia.

Menurut sektor, ekspor seluruh komponen penyusun mengalami penurunan. Sektor non migas, pertanian mengalami penurunan sebesar 6,74 persen secara month to month (mtm) dengan nilai ekspor sebesar USD 0,25 miliar.

Sementara itu, pada sektor industri pengolahan pengolahan turun tajam sebesar 9,04 persen secara mtm dengab nilai ekspor sebesar USD 9,42 miliar. Lalu pertambangan lainnya mengalami penurunan sebesar 7,31 persen dengan nilai ekspor sebesar USD 2,19 miliar.

"Ekspor Indonesia menurut sektor angkanya tidak terlalu bagus karena semua merah (mengalami penurunan)," tandasnya.

 


Genjot Ekspor Nasional, Mendag Jajaki Pasar Amerika Latin

Neraca Ekspor Perdagangan di April Melemah
Sebuah kapal bersandar di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Penyebab kinerja ekspor sedikit melambat karena dipengaruhi penurunan aktivitas manufaktur dan mitra dagang utama, seperti AS, China, dan Jepang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita berkunjung ke Amerika Selatan, setelah bertolak dari Swiss ke Argentina dan Cile. Agenda kunjungan guna memperluas akses pasar dan meningkatkan kerja sama perdagangan di kawasan Amerika Latin.

Kunjungan menunjukkan upaya sepenuh hati pemerintah untuk mendobrak pasar ekspor Indonesia yang selama ini terkesan klasik di negara-negara besar.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan, agenda kerja ini merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam membuka dan memperluas peluang pasar ekspor produk-produk Indonesia ke pasar nontradisional.

Di Buenos Aires, Argentina, mendag akan mengadakan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri dan Kepercayaan Argentina, Jorge Marcelo Faurie, serta sejumlah pertemuan dengan Asosiasi dan pelaku usaha di Argentina.

“Total neraca perdagangan kedua negara saat ini mencapai USD 2 miliar, namun masih defisit bagi Indonesia. Pertemuan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja ekspor Indonesia terhadap Argentina,” kata dia, seperti dikutip Selasa, 14 Mei 2019.

Di Argentina, mendag juga dijadwalkan bertemu dengan Mercosur ASEAN Chamber of Commerce (MACC), Kamar Dagang Impor Argentina, dan Dewan Argentina untuk Hubungan Internasional.

Kunjungan kerja ke Argentina ini juga merupakan tindak lanjut kunjungan resmi Wakil Presiden Argentina Gabriela Michetti ke Indonesia yang diterima Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla baru-baru ini. Pertemuan Wapres kedua negara tersebut membahas upaya peningkatan kerja sama dalam bidang perdagangan dan investasi.

Usai melakukan kunjungan kerja ke Buenos Aires, Argentina, Mendag akan bertolak ke Cile untuk hadir pada pertemuan Menteri-Menteri Bidang Ekonomi kawasan Asia Pasifik (APEC Minister’s Responsible for Trade (MRT) di Vina Del Mar.

Kunjungan ke Chili sekaligus untuk menindaklanjuti implementasi kesepakatan kerja sama ekonomi komprehensif Indonesia-Cile (Indonesia-Chili Comprehensive Economic Partnership Agreement/IC-CEPA). Enggar pun akan memimpin misi dagang Indonesia pada forum bisnis di Santiago.

"Melalui kunjungan ini, Indonesia ingin memperkuat kolaborasi dengan Cile agar kedua negara dapat memanfaatkan IC-CEPA dengan maksimal,” imbuh Enggar.

Selain membahas peluang yang akan diperoleh dari implementasi IC CEPA, kedua negara juga akan membahas mengenai tantangan-tantangan yang mungkin mucul dalam implementasi tersebut.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya