Liputan6.com, Montreal - Pekan lalu harga emas tergelincir karena ekonomi Amerika Serikat (AS) yang positif. Harga emas masih belum bisa mnemebus US 1.300 per ounce, dan sentimen negatif diprediksi masih akan berlanjut dalam beberapa waktu ke depan.
"Ketidakmampuan emas untuk menembus USD 1.300 adalah tanda bahwa pasar benar-benar rapuh, dan saya pikir para investor harus berekspektasi melihat harga emas yang merosot dalam jangka dekat," ujar Fawad Razaqzada, analis teknis di City Index, seperti dilaporkan Kitco.
Dari sudut geopolitik, harga emas tetap tak bisa meningkat meski Presiden AS Donald Trump kembali melanjutkan perang dagang. Kondisi perekonomian AS yang membaik pun membuat dolar masih laku sebagai pilihan investasi.
Advertisement
Baca Juga
Kepala penelitian di London Capital Group, Jasper Lawler, menyebut saat ini dolas AS dan surat-surat berharga sedang dalam posisi unggul. Ia berkata satu jalan untuk harga emas agar membaik adalah pelemahan ekonomi AS.
Perihal ekonomi AS, sebagian ekonom percaya hanya tinggal tunggu waktu hingga perang dagang melemahkan ekonomi Negeri Paman Sam, belum lagi ada masalah embargo minyak Iran. Lebih lanjut, ekonom di IHS Markit memperkirakan GDP AS akan melemah di kuartal II menjadi 2,7 persen.
"Pengumuman pertambahan tarif yang belakangan ini diumumkan AS dan China akan mengurangi pertumbuhan, bahkan makin parah bila perang dagang makin intens.
Sementara, eskalasi ketegangan militer di Semenanjung Persia bisa menambah harga minyak, yang dapat memberi konsekuensi negatif ke pertumbuhan global. Meningkatnya ancaman-ancaman politik dan kebijakan berarti adanya rebound di pertumbuhan global hanya akan berlangsung singkat," demikian pernyataan analis IHS Markit.
Masalah geopolitik itulah yang membuat masih ada peluang bagi emas. Presiden Blue Line Futures, Bill Baruch, mengakui emas memang sedang loyo, tetapi ia masih optimistis dan mengajak para investor untuk tidak hengkang dari pasar emas.
"Saya tidak tergesa-gesa untuk membeli emas pada level ini, tetapi saya juga tak melihat alasan bagi para investor untuk menjual," ujarnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Pekan Lalu, Harga Emas Merosot
 Harga emas berjangka merosot ke level terendah dalam lebih dari dua minggu. Bahkan selama sepekan, harga emas tertekan di tengah dolar AS sedikit menguat dan lonjakan sentimen konsumen AS.
Harga emas untuk pengiriman Juni di divsi Comex melemah USD 10,50 atau 0,8 persen ke posisi USD 1.275,70 per ounce. Harga menandai penyelesaian kontrak paling aktif sejak 2 Mei, berdasarkan data FactSet. Penurunan membuat harga emas untuk kontrak teraktif merosot 0,9 persen pada pekan ini.
"Nada berisiko tidak memberikan tawaran kuat untuk emas pada Jumat pekan ini. Hal itu terutama disebabkan oleh kekuatan keseluruhan yang dilihat dari data AS pekan ini dan pandangan optimis yang dilihat pada perusahaan," ujar Analis Senior Oanda, Edward Moya, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Sabtu, 18 Mei 2019.
Harga emas sedikit menemukan daya tarik setelah bursa saham AS melemah pada awal perdagangan.
Ini terjadi usai China melemparkan keraguan mengenai kemungkinan kesepakatan dapat tercapai segera.
Pemerintah China mengirim sinyal jelas ke pada Kamis dan Jumat kalau enggan untuk melanjutkan pembicaraan perdagangan dengan AS.
Juru bicara Kementerian Perdagangan menyebutkan langkah pemerintah AS menaikkan tarif pekan lalu dan ancaman tarif impor tambahan produk China sekitar USD 300 miliar per tahun tidak tersentuh oleh bea baru, "perilaku bullying" yang telah hasilkan kemunduran negosiasi yang parah.
Namun, Moya menuturkan, keyakinan masih tetap kalau kedua belah pihak pada akhirnya akan menguraikan kesepakatan.
Advertisement
Selanjutnya
Di sisi lain data ekonomi AS cukup optimistis dengan indeks sentimen konsumen Universitas Michigan pada Mei naik ke posisi 102,4 tertinggi dalam 15 tahun dari posisi April 97,2.
Indeks dolar AS menguat 0,1 persen, sedangkan selama mingguan mendaki 0,6 persen.
"Terlepas dari angka penjualan ritel AS, data ekonomi AS telah kuat dan investor merasa sulit bagaimana the Federal Reserve akan mempertahankan kebijakan moneter saat ini," tutur Naeem Aslam.
Untuk harga logam lainnya tercatat, harga perak untuk pengiriman Juli susut 1 persen atau 15,1 sen menjadi USD 14.388 per ounce. Harga tembaga merosot 0,4 persen menjadi USD 2.739 per pound. Selama sepekan telah merosot 1,3 persen.
Kemudian, harga platinum melemah USD 13,30 atau 1,6 persen ke posisi USD 820,30 per ounce pada sesi perdagangan ini. Selama sepekan turun lebih dari lima persen untuk platinum. Harga palladium susut 1,4 persen menjadi USD 1.305,80 per ounce.