India Lebih Banyak Beli Minyak dari Arab Saudi dan AS Imbas Sanksi Iran

Sanksi Amerika Serikat (AS) telah memaksa pembeli utama ekspor minyak mentah Iran untuk membeli lebih banyak minyak dari Arab Saudi dan AS.

oleh Agustina Melani diperbarui 27 Jun 2019, 09:00 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2019, 09:00 WIB
20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, London - Sanksi Amerika Serikat (AS) telah memaksa pembeli utama ekspor minyak mentah Iran untuk membeli lebih banyak minyak dari Arab Saudi dan AS.

Head of state-run refiner Indian Oil Corporation, Sanjiv Singh menuturkan, pasokan apapun yang berasal dari Iran, didistribusikan dengan baik di antara negara-negara lain.

Iran telah menjadi pemasok minyak mentah terbesar ketiga ke India yang impor energi dalam jumlah besar untuk mendorong pertumbuhan ekonominya.

Irak dan Arab Saudi adalah negara yang mengekspor lebih banyak ke India. Akan tetapi, India terpaksa beralih ke sumber lain setelah pemerintahan Trump memberlakukan sanksi terhadap ekspor minyak Iran.

India adalah satu dari hanya delapan negara yang diberikan pengabaian yang memungkinkan tetap membeli minyak dari Teheran, tetapi penangguhan itu berakhir 2 Mei. Sementara India menyatakan akan mengakui sanksi yang diberlakukan oleh PBB. India akan mendapatkan pasokan tambahan dari negara-negara penghasil minyak utama lainnya.

Juru Bicara Kementerian Energi India menuturkan, kalau India sekarang telah menghendikan semua impor minyak dari Iran.

Singh menuturkan, India ingin sebanyak mungkin pemasok dan memangkas minyak dari Iran adalah "keputusan kolektif" yang dibuat dengan masukan dari pemerintah.

"Saya yakin itu untuk kepentingan negara saat ini," ujar dia seperti dikutip dari laman CNN Money, Kamis (27/6/2019).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

India Jadi Bergantung pada Negara Lain

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Hubungan antara India dan AS telah memburuk baru-baru ini di bidang perdagangan. India kemungkinan akan mewaspadai lebih lanjut pasar ekspor terbesarnya. Negara-negara lain termasuk Turki telah hentikan impor minyak dari Iran, tetapi pembeli terbesar dunia, China mengabaikan sanksi AS.

China yang terlibat perang dagang dengan AS membeli minyak mentah senilai USD 585 juta. Iran berharap akan ekspor lebih banyak lagi ke China pada Juni.

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo menuturkan, sanksi itu ditujukan untuk melawan apa yang disebutnya "rezim teror" Iran. "Saya pikir ada pemahaman bersama tentang ancaman dan tujuan bersama untuk memastikan menjaga energi pada harga yang tepat dan mencegah ancaman ini," ujar dia saat berkunjung ke India.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar menuturkan, Pompeo sangat menerima kekhawatiran India tentang pasokan energi global. “Dia mengerti kalau hari ini ekonomi terbesar kelima di dunia yang impor 85 persen energinya, dia mendapatkan apa yang menjadi kepentingan kita,” kata Jaishankar.

Singh menuturkan, India cenderung lebih bergantung pada negara lain untuk kebutuhan energinya.

Harga Minyak Dunia

lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Sebelumnya, Harga minyak naik lebih dari dua persen dan mencapai level tertinggi dalam satu bulan. Hal tersebut didukung data pemerintah Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan penarikan lebih besar dari yang diperkirakan dalam stok minyak mentah.

Hal ini karena ekspor mencapai rekor tertinggi dan penurunan stok produk olahan. Harga minyakBrent berjangka naik USD 1,44 atau 2,2 persen ke posisi USD 66,49 per barel. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat USD  1,55 atau 2,7 persen menjadi USD 59,38 per barel.

Persediaan minyak mentah turun 12,8 juta barel pada pekan lalu. The Energy Information Administration (EIA) mengatakan, angka itu jauh melampaui harapan analis untuk penurunan 2,5 juta barel.

Impor minyak mentah AS turun sebesar 1,2 juta barel per hari pada pekan lalu. Ekspor minyak mentah keseluruhan naik menjadi 3,8 juta barel per hari, yang mengalahkan rekor sebelumnya 3,6 juta barel per hari pada Februari.

"Banyak penarikan ini karena permintaan yang kuat. Kami akhirnya melihat dampak dari pengurangan produksi OPEC dan mulai melihat pengurangan di Venezuela," ujar Analis Price Futures Group, Phil Flynn, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (27/6/2019).

Data EIA menunjukkan, stok bensin turun 996 ribu barel, sementara stok sulingan susut 2,4 juta barel.

Penarikan produksi terjadi bersamaan dengan berita kalau kilang minyak terbesar dan tertua di Pantai Timur AS akan ditutup setelah kebakaran besar pada pekan lalu yang menyebabkan kerusakan besar.

Philadelphia Energy Solutions (PES) berencana menutup komplek kilang dengan produksi 335 ribu barel per hari pada bulan depan.

Harga bensin AS pun naik empat persen setelah naik ke posisi tertinggi sejak 23 Mei. "Karena data EIA mungkin tidak mengambil dampak penuh penurunan PES, pengurangan tajam tambahan dalam pasokan bensin PADDD 1 mungkin muncul pada data EIA pekan depan," tulis Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates dalam sebuah catatan.

 

Ketidakpastian Persediaan Minyak Mentah

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Melemahnya persediaan minyak mentah dan pemadaman kilang menambah ketidakpastian atas persediaan minyak mentah.

Hal ini juga didorong dari perang pernyataan dari pemerintahan AS dan iran yang memicu kekhawatiran pengiriman minyak melalui Selat Hormuz, rute pasokan minyak tersibuk di dunia dapat terganggu.

Terkait perang dagang apakah sedang terjadi, Presiden AS Donald Trump menyatakan kalau pihaknya tidak ingin melakukannya. Akan tetapi, pihaknya menyatakan dalam posisi kuat jika sesuatu terjadi. "Teheran telah mengecam putaran baru sanksi AS sebagai keterbelakangan mental," kata dia.

Ketegangan bilateral melonjak lagi usai Iran menembak jatuh drone AS pada pekan lalu. Hubungan tegang sejak pemerintahan AS menyalahkan serangan terhadap tanker minyak di luar teluk Iran. Sementara pemerintahan Iran telah membantah peran apapun.

Dalam jangka panjang, pasar akan menyaksikan pertemuan G20 pada akhir pekan ini diikuti oleh pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen non-OPEC pada 1-2 Juli.

OPEC akan membahas perpanjang pemotongan produksi pada semester II 2019. Berdasarkan sumber, produksi rata-rata minyak Rusia adalah 11,15 juta barel per hari pada 1-25 Juni, naik dari rata-rata 11,04 juta barel per hari selama 1-10 Juni.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya