Rupiah Berpotensi Melemah Usai IMF Pangkas Proyeksi Ekonomi

Analis memperkirakan rupiah akan bergerak melemah di kisaran 14.000 per dolar AS sampai 14.030 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 25 Jul 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2019, 12:00 WIB
Rupiah Stagnan Terhadap Dolar AS
Teller menunjukkan mata uang dolar AS di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali bergerak menguat tipis pada perdagangan Kamis ini. Analis memperkirakan rupiah akan bergerak melemah di kisaran 14.000 per dolar AS sampai 14.030 per dolar AS.

Mengutip Bloomberg, Kamis (25/7/2019), rupiah dibuka di angka 13.990 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.997 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah terus menguat ke 13.984 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.975 per dolar AS hingga 13.991 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah menguat 2,82 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.986 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.011 per dolar AS.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi lima negara ASEAN oleh IMF disebabkan ekonomi dan perdagangan global yang diperkirakan melambat.

"Perang dagang AS-China dan Brexit dengan tanpa kesepakatan membuat volume perdagangan dunia akan turun, begitu pun pertumbuhan ekonomi juga akan melambat," ujar Lana dikutip dari Antara.

IMF dalam Laporan edisi Juli 2019 memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi lima negara ASEAN yaitu Singapura, Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Filipina, untuk tahun 2019 sebesar 5 persen dari sebelumnya 5,1 persen dan untuk tahun 2020 dari 5,2 persen menjadi 5,1 persen, dengan pertimbangan melambatnya pertumbuhan ekonomi global.

IMF memperkirakan ekonomi global tumbuh 3,2 persen di tahun 2019 dan membaik di tahun 2020 menjadi 3,5 persen, walaupun kedua proyeksi tersebut merupakan revisi turun dari proyeksi sebelumnya.

Lana memperkirakan hari ini secara teknikal rupiah akan bergerak melemah di kisaran 14.000 per dolar AS sampai 14.030 per dolar AS.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

BI Prediksi Nilai Tukar Rupiah 13.900 - 14.000 per Dolar AS di 2020

Rupiah Tetap Berada di Zona Hijau
Teller tengah menghitung mata uang rupiah dan dolar di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (10/1). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah berada di zona hijau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyampaikan asumsi ekonomi makro tahun 2020 untuk nilai tukar Rupiah adalah pada level 13.900-14.300 dan inflasi 3 persen plus minus 1.

Perry menilai,sejauh ini Rupiah masih menunjukan kondisi yang positif. Tercatat hingga hari ini nilai tukar berada pada posisi 14.250 terhadap dolar Amerika Serikat (USD).

"Hingga tanggal 10 Juni 2019 nilai tukar Rupiah 14.250 per USD atau menguat 0,91 persen bila dibandingkan dengan level akhir tahun 2018 yaitu Rp 14.380, nilai tukar rupiah pada tahun 2019 mencapai Rp 14.187 atau menguat 0,41 persen dibandingkan rerata tahun 2018 Rp 14.246," kata dia pada Selasa 11 Juni 2019. 

Selain itu, BI memperkirakan bahwa Neraca Pembayaran Indonesia akan mencatat surplus sejalan dengan prospek aliran masuk modal asing yang terus berlanjut.

Sementara itu, defisit transaksi berjalan atau Current Account Defisit (CAD) 2019 juga diperkirakan lebih rendah dari tahun 2018 yaitu dalam kisaran 2,5 sampai 3 persen terhadap PDB.

"Sejalan dengan perkiraan neraca pembayaran tersebut, kami memperkirakan rata-rata nilai tukar pada tahun 2019 akan berada pada kisaran Rp 14.000 - Rp 14.400 terhadap dolar Amerika Serikat," ujarnya.

"Pada tahun 2020 kami memperkirakan bahwa prospek penguatan Neraca Pembayaran Indonesia akan berlanjut ditopang oleh peningkatan aliran masuk modal asing dan penurunan defisit transaksi berjalan," dia menambahkan.

Aliran masuk modal asing (inflow) diperkirakan meningkat dipengaruhi oleh prospek ekonomi yang membaik dan juga koordinasi yang kuat kebijakan antara pemerintah Indonesia dan berbagai otoritas terkait, untuk 2019 defisit transaksi berjalan kita akan tetap terkendali.

"Dengan berbagai perkembangan tersebut kami memperkirakan bahwa rata-rata nilai tukar Rupiah pada tahun 2020 akan berada pada kisaran Rp 13.900 sampai dengan Rp14.300 dolar Amerika Serikat," tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya