Kemendag Genjot Ekspor Kerupuk ke Belanda

Banyaknya restoran dan diaspora Indonesia di Belanda, menjadikan negara ini sebagai pasar yang penting bagi produk makanan Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Jul 2019, 20:45 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2019, 20:45 WIB
Pengusaha Kerupuk Keluhkan Kenaikan Harga Tepung Tapioka
Pekerja menyelesaikan pembuatan kerupuk kaleng di Tangsel, Banten, Jumat (21/6/2019). Kenaikan harga tepung tapioka menyebabkan produsen kerupuk mengurangi kualitas kerupuk di industri kerupuk yang mamproduksi 1000 krupuk/hari dengan harga jual Rp 600/kerupuk. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan diwakili Diretur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Arlinda melakukan kunjungan ke salah satu importir keripik dan kerupuk Indonesia, yaitu IntersnackBV di Lelystad, Belanda pada Rabu (24/7).

Kunjungan tersebut untuk mendorong ekspor produk makanan Indonesia ke Belanda. Kunjungan dilaksanakan di sela acara Market Intelligence Workshop. Acara ini merupakan lokakarya yang dihadiri Atase Perdagangan, Indonesian Trade Promotion Center (ITPC), dan fungsi ekonomi dari seluruh dunia.

“Banyaknya restoran Indonesia dan diaspora Indonesia di Belanda, menjadikan negara ini sebagai pasar yang penting bagi produk makanan Indonesia,” ujar Arlinda.

Intersnack BV merupakan perusahaan asal Belanda yang bergerak di sektor makanan ringan. Selain kue kering, Intersnack juga merupakan produsen camilan kacang yang cukup besar. Perusahaan ini mengoperasikan 11 manajemen unit regional di seluruh wilayah Eropa dan mengoperasikan 31 pabrik di 12 negara Eropa.

Intersnack telah mengimpor produk kue kering dari Indonesia sejak tahun 1983. Jenis keripik yang diimpor antara lain keripik udang, singkong, dan sayuran. Selain keripik, Intersnack juga mulai mengimpor kernel mete dari Indonesia. Dalam menjalankan bisnisnya, Intersnack mempunyai konsep growing together with supplier,termasuk dengan penyuplai dari Indonesia.

Sebagai contoh yaitu proyek yang dilakukan Intersnack dengan penyuplai di Semarang dan Sidoarjo. Proyek tersebut bertujuan menjadikan penyuplai Indonesia memenuhi standar manajemen berkualitas dunia untuk pasar ekspor.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Trade Expo Indonesia

ITE Targetkan Perdagangan International hingga Rp14,6 Triliun
Sejumlah kerajinan tangan berbentuk tas dipamerkan dalam pameran Indonesia Trade Expo (ITE) 2017 di ICE, BSD, Tangerang Selatan, Rabu (11/10). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada kesempatan ini, Arlinda memberikan apresiasi kepada Intersnack BV yang telah menerima penghargaan Primaduta Award pada gelaran Trade Expo Indonesia (TEI) 2018. Selain itu, Arlinda mengajak importir Belanda tersebut untuk berpartisipasi pada gelaran TEI 2019 sekaligus mengikuti program misi pembelian di Indonesia Convention Exibition, Bumi Serpong Damai, Tangerang, Banten pada 16—20 Oktober 2019.

Pada 2018, ekspor produk makanan Indonesia ke Belanda tercatat sebesar USD 11,9 juta, atau naik 11,4 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara pada kuarta II 2019, ekspor produk makanan Indonesia ke Belanda tercatat sebesar USD 5,14 juta. Selama periode lima tahun terakhir, tren ekspor aneka produk makanan Indonesia ke Belandamenunjukkan pertumbuhan positif sebesar 26,5 persen.

“Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi aneka produk makanan Indonesia di Belanda memiliki potensi yang cukup besar. Potensi inilah yang harus dapat terus dimanfaatkan oleh para pelakuusaha dan eksportir Indoenesia,” pungkas Arlinda.

Gandeng Belanda, RI Genjot Ekspor Produk Dekorasi Rumah ke Eropa

3 Ide Dekorasi Ruang Tamu yang Stylish dan Bikin Nyaman
Sebagai ruangan pertama yang dilewati ketika masuk, ruang tamu dapat memberikan kesan kuat terhadap kenyamanan rumah Anda. Yuk, lihat 3 inspirasi dekorasi ruang tamu untuk rumah Anda.

Indonesia dan Belanda sepakat menandatangani Letter of Intent (LOI) untuk mendorong pengembangan ekspor produk dekorasi rumah Indonesia ke pasar Eropa.

Hal ini diungkapkan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Arlinda, saat menandatangani kerjasama dengan manajer tim Centre for the Promotion of Imports from Developing Countries (CBI)Liesbeth Aben di Den Haag, Belanda, Selasa (23/7).

"Kerja sama ini bertujuan memperkuat kapasitas Indonesia di sektor produk dekorasi rumah,khususnya untuk meningkatkan daya saing ekspor dan tanggung jawab sosial dari usaha kecil danmenengah (UKM) Indonesia sehingga lebih mudah masuk pasar Eropa," ujar Arlinda. 

Program kerja sama Kemendag dengan CBI terdiri dari beberapa tahapan. Pada tahap pertama, perusahaan yang telah mendaftar akan diseleksi melalui sistem audit yang ketat. Perusahaan yangterpilih akan menjalani program pembinaan ekspor yang meliputi bimbingan teknis dan pelatihan, program-program pelatihan terkait pemahaman pasar Eropa, serta pengembangan kinerja tanggungjawab sosial.

Selanjutnya, proses seleksi akan fokus kepada peningkatan strategi penetrasi pasar bagi UKM untukdapat memasuki pasar Eropa. Pada tahap ini, UKM akan difasilitasi untuk mengikuti berbagai kegiatanpemasaran seperti partisipasi pada pameran, misi dagang bisnis ke bisnis (b2b), atau pemasarandaring.

“Pelaku UKM kita khususnya dari sektor dekorasi rumah akan mendapat kesempatan untuk dibinam secara langsung dari tenaga ahli CBI Belanda. Hal ini tentu sangat menguntungkan karena bisamendapatkan informasi lengkap dan terkini dari perspektif pembeli,” lanjut Arlinda.

Produk dekorasi rumah Indonesia masih berpeluang besar di pasar Eropa. Total ekspor sektor ini kekawasan Eropa mencapai USD 502,9 juta pada 2018. Belanda menempati peringkat pertama sebagai pasar terbesar produk dekorasi rumah dengan pangsa pasar sebesar 21,70 persen dengan tren yangterus meningkat yaitu tercatat sebesar 3,4 persen dalam 5 tahun terakhir. Selanjutnya, pasar terbesar kedua dan ketiga produk dekorasi rumah Indonesia adalah Inggris dan Jerman dengan pangsa pasarmasing-masing 15,36 persen dan 14,96 persen.

 

Program Pembinaan

umkm
Salah satu hasil produk UKM Kota Tangerang, Banten. (Liputan6.com/Pramita Tristiawati)

Pendaftaran program pembinaan ini telah dibuka dan akan ditutup pada 31 Agustus 2019. Kriteriayang ditentukan bagi perusahaan yang akan mengikuti program ini yaitu UKM Indonesia dengan fokusproduk dekorasi rumah berbahan kayu, rotan dan serat alami lainnya, merupakan perusahaan siapekspor, memiliki saham minimal 51 persen, memiliki karyawan sebanyak 5-500 orang, serta telahmemiliki program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang dapat dikembangkan. Informasiselengkapnya mengenai pendaftaran program pembinaan ini dapat diakses melalui tautan https://bit.ly/2K5f2lk.

“Kemendag dan CBI telah menjadi mitra kerja yang sangat baik untuk program pengembanganekspor di Indonesia. Melalui program sebelumnya, kami mendapat testimoni dari para perusahaanbinaan yang menyatakan manfaat besar yang diperoleh setelah mengikuti program pelatihan ekspordari CBI," pungkas Arlinda.

Kerja sama ini akan ditindaklanjuti melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) yang akandilakukan di Trade Expo Indonesia ke-34 di Indonesia Convention Exhibition, Bumi Serpong Damai,Banten. Pada kesempatan tersebut, pihak CBI juga akan membawa serta pembeli dan ahli di sektordekorasi rumah untuk datang dan bertemu langsung dengan para pelaku ekspor dekorasi rumahIndonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya