Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik tipis pada penutupan perdagangan Senin dan bertahan di atas level psikologis USD 1.500 per ounce. Hal ini terjadi karena kekhawatiran investor akan perlambatan pertumbuhan ekonomi global karena perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China.
Mengutip CNBC, Selasa (13/8/2019) harga emas di pasar spot naik 0,94 persen ke level USD 1.510,86 per ounce. Sedangkan harga emas AS berjangka AS naik 0,94 prsen ke level USD 1.523,2 per ounce.
"Emas sedang menguji level rebound karena kekhawatiran perlambatan ekonomi global dan pembicaraan perang dagang (antara AS dan China)," jelas analis ActivTrades, Carlo Alberto De Casa.
Advertisement
Baca Juga
"Sejauh ini masih ada ruang bagi harga emas untuk terus naik karena memang pasar saham sedang terguncang," tambah dia.
Perkembangan terakhir, perang dagang yang melibatkan AS dengan China masih terus belum diketahi ujungnya. Presiden AS Donald Trump pada Jumat lalu mengatakan bahwa dirinya belum siap untuk membuat kesepakatan dengan China.
"Untuk mendorong harga emas ke level yang lebih tinggi, kita perlu kejutan negatif di sisi ekonomi, keuangan dan geopolitik. Jika tidak melihat eskalasi lebih lanjut, kita akan cenderung melihat harga emas di bawah tekanan," kata analis Commerzbank, Eugen Weinberg.
Sementara itu, Goldman Sachs mengatakan pada hari Minggu bahwa kekhawatiran perang dagang yang mengarah ke resesi meningkat dan sepertinya tidak lagi perlu mengharapkan kesepakatan perdagangan antara Washington dan Beijing sebelum pemilihan presiden AS tahun 2020.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Fokus Pelaku Pasar
Fokus pelaku pasar saat ini adalah simposium tahunan Bank Sentral AS atahu the Federal Reserve (the Fed) di Jackson Hole yang berlangsung pada akhir pekan ini.
Investor mencari kejelasan yang lebih besar pada jalur penurunan suku bunga di masa depan. Pelaku pasar melihat peluang 69 persen dari penurunan suku bunga 25 basis poin oleh Bank Sentral AS pada September nanti.
Harga emas naik sebanyak 4 persen minggu lalu dan naik sekitar 17 persen di tahun ini.
Advertisement