Liputan6.com, Jakarta - Maskapai pelat merah Garuda Indonesia lakukan pendaratan darurat di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jumat (22/11/2019).
Pesawat GA 271 rute Banyuwangi-Jakarta yang seharusnya mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta Cengkareng terpaksa mendarat di bandara Halim pukul 11.50 WIB karena cuaca buruk.
Pendaratan darurat dan penurunan penumpang ini, menurut keterangan resmi Garuda Indonesia, adalah atas permintaan penumpang sendiri. Dari total 94 orang penumpang, 69 orang penumpang meminta turun dan sebagian lagi melanjutkan perjalanan ke bandara Soekarno-Hatta.
Advertisement
Baca Juga
Garuda Indonesia sendiri tidak memiliki rute penerbangan dari dan ke bandara Halim, pun tidak memiliki izin menurunkan di bandara tersebut. Lewat pernyataan resminya, Garuda meminta maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan kepada para penumpang.
"Garuda Indonesia memohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami penumpang bahwa pendaratan yang seharusnya di Bandara Internasional Soekarno-Hatta Cengkareng terpaksa dialihkan ke Halim untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan penumpang," tutur VP Corporate Secretary Garuda Indonesia Ikhsan Rosan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Cerai, Sriwijaya Air Anggap Garuda Indonesia Tak Adil
Lawyer dan sekaligus salah seorang pemegang saham PT Sriwijaya Air membenarkan bahwa pihaknya sedang menyiapkan langkah untuk mengakhiri kerjasama manajemen dengan Garuda Indonesia Grup.
Langkah tersebut diambil karena adanya intruksi mendadak dari GA Grup kepada semua anak perusahaannya (GMF, Gapura Angkasa dan Aerowisata) untuk memberikan pelayanan kepada Sriwijaya dengan cara pembayaran cash dimuka Kamis kemarin. Kalau tidak bayar cash dimuka diperintahkan agar tidak memberikan pelayanan service dan maintenance apapun kepada Sriwijaya.
"Sriwijaya menolak perubahan sistem pembayaran yang tidak fair ini dan menganggap GA sengaja ingin melumpuhkan Sriwijaya," kata Lwyer Sriwijaya Air Yusril Ihza Mahendra dalam keterangannya, Jumat (8/11/2019).
Akibat instruksi mendadak itu, dikatakannya, terjadi kekacauan pada sebagian besar penerbangan Sriwijaya hari Kamis 7 November kemarin karena terhentinya pelayanan oleh anak perusahaan GA Grup.
Dia menjelaskan, sejak kemarin Sriwijaya berusaha keras untuk mengaktifkan seluruh rute penerbangannya sendiri atau dengan bekerja sama dengan pihak lain di luar Garuda Grup. Sriwijaya kembali mengaktifkan sendiri layanan servis pesawat, line maintenance, groundhandling dan catering sendiri tanpa kerjasama dengan GA Grup lagi.
Advertisement
Tak Efisien
Yusril menambahkan, pekerjaan itu sebelumnya memang ditangani oleh Sriwijaya Air sendiri. Namun setelah kerjasama dengan GA Grup, semua pelayanan itu diambil alih oleh anak perusahaan Garuda dengan biaya yang jauh lebih mahal.
Hari ini, seluruh rute penerbangan Sriwijaya kembali normal. Seluruh peralatan line manintenance dan spare parts pesawat milik Sriwijaya yang selama ini digudangkan oleh GA Grup, kemarin diserahkan kembali oleh GMF setelah didesak berkali-kali bahkan diancam akan dilaporkan ke polisi.
"Sriwijaya menganggap kerjasama dengan Garuda Grup selama ini merugikan kepentingan Sriwijaya karena terlalu banyak konflik kepentingan antara anak perusahaan GA dengan Sriwijaya," tambah Yusril.