Pusing Saat Harus Mengatur Keuangan, Begini Tipsnya

Kita sering berpikir sangat sulit mengatur kuangan untuk masa depan.

oleh Tira Santia diperbarui 10 Des 2019, 20:00 WIB
Diterbitkan 10 Des 2019, 20:00 WIB
Ilustrasi Kepala Pusing (iStockphoto)
Pusing itu Bukan Penyakit tapi gejala (Ilustrasi/iStockphoto)
keuangan suami istri
Tips komunikasi soal keuangan suami istri./Copyright pexels.com

Liputan6.com, Jakarta - Banyak orang kerap berpikir sangat sulit mengatur keuangan untuk masa depan. Solusinya, Anda harus menabung, dan mengatur pengeluaran, serta menghindari kredit atau utang. Namun tetap saja, saat harus melakukan itu justru membuat kepala pusing.

Ternyata hal itu wajar saja, karena otak manusia telah berevolusi selama ribuan tahun untuk fokus pada kelangsungan hidup jangka pendek di dunia, yang banyak tantangan. Pada zaman dahulu tidak ada istilah menabung, melainkan menyelamatkan apa yang perlu diselamatkan saat itu.

Berbeda dengan zaman sekarang, perlu untuk menabung agar sukses mengatur keuangan di masa depan. Agar pola pikir giat menabung bisa diturunkan ke generasi selanjutnya.

Dilansir dari laman CNBC, Selasa (10/12/2019), menurut psikologi keuangan, Brad Klontz, memaparkan bahwa kita perlu dorongan untuk memenuhi kebutuhan keuangan di era modern ini. Caranya dengan menunda kepuasan, menghemat uang dan membangun kekayaan.

Ia juga memaparkan tantangan besar yang dialami penabung, adalah menggunakan uang tersebut untuk menolong kerabat. Sehingga, uang yang diperolehnya terpakai.

Menurutnya, untuk bisa menabung dalam jangka panjang, seseorang perlu menemukan cara untuk meredam naluri berbagi. Seringkali, ini membutuhkan pengabdian untuk menyisihkan sebagian dari pendapatan. 

Kemudian mengadopsi pola pikir jika dunia menjadi tempat yang lebih baik jika dapat menyimpan uang yang bisa membuat menjadi lebih kaya.

Terlepas dari alasannya, mengumpulkan kekayaan membutuhkan kesadaran individu yang membenarkan upaya untuk memiliki uang, di saat yang lain tidak.

Keberhasilan finansial membutuhkan kesadaran yang berkesinambungan untuk mengesampingkan impuls yang memungkinkan diri menghemat uang. Kesehatan finansial tergantung padanya.

Tonton Video Ini

Satu Kesamaan Para Miliarder Dunia: Bermasalah dengan Otoritas

banner infografis
Ilustrasi Miliarder (Liputan6.com/Deisy)

Sebuah studi menemukan jika para miliarder dunia memiliki beberapa hal yang membuat mereka berbeda dari orang kebanyakan. Salah satu ciri kepribadian yang para miliarder miliki, adalah mereka kerap bermasalah dengan otoritas atau pihak berwenang.

Kemudian, para orang terkaya tersebut lebih terbuka terhadap pengalaman baru dan memiliki sikap ekstrovert daripada masyarakat pada umumnya.

Ini terkuak dari hasil studi psikologis Peneliti asal Jerman bernama Rainer Zitelmann. Penelitian ditujukan kepada 43 miliarder dari seluruh dunia.

Melansir laman Business Insider, Senin (9/12/2019), ketidakmampuan para orang terkaya dunia untuk melakukan hal-hal yang tertuang dalam buku, mungkin menjadi bagian dari kesuksesan mereka.

Bila selama ini, para miliarder dikenal sebagai pemimpin yang hebat, tetapi itu tidak berarti mereka bisa dipimpin.  "Saya menyebutnya non-konformis. Banyak dari mereka memiliki masalah dengan otoritas, seperti saat sekolah di awal kehidupan mereka," jelas Zitelmann.

Selain masalah dengan otoritas, Zitelmann juga menemukan jika para miliarder sedikit nyentrik dan kurang menyenangkan. "Tetapi mereka memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi, lebih terbuka untuk pengalaman baru, dan lebih ekstrover daripada populasi secara keseluruhan," lanjut dia.

Miliarder yang diwawancara Zitelmann, semuanya merupakan pengusaha dan investor. Dengan kekayaan bersih setidaknya USD 11 juta setara Rp 154 miliar. 

Penelitian dilakukan dengan cara, memberikan 50 pertanyaan kepada masing-masing miliarder yang berisi tes kepribadian, berdasarkan Teori Lima Faktor Kepribadian. 

Beberapa miliarder terkenal sebenarnya telah menunjukkan masalah seperti yang ditunjukkan Zitelmann dalam studinya.

Sebagai contoh, Pendiri CNN Ted Turner yang dikeluarkan dari Universitas Brown University sebelum lulus karena membiarkan pacarnya tinggal di kamar asrama bersamanya. Padahal ini melanggar aturan kampus. Adapula Steve Jobs yang kerap memusuhi tokoh-tokoh pihak berwenang yang ingin mengontrolnya.

Zitelmann mengakku tidak terkejut dengan hasil studinya. "Jika Anda melakukan hal-hal dengan cara yang sama, seperti orang lain, Anda tidak akan tumbuh super kaya dan memiliki setengah miliar atau miliaran dolar pada akhirnya. Anda harus bertindak berbeda dan bertindak berbeda, Anda harus berpikir berbeda," dia menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya