Diwarnai Aksi Ambil Untung, Harga Emas Turun Tipis

Harga emas menjauh dari level USD 1.700 pada hari Senin

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 10 Mar 2020, 07:30 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2020, 07:30 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas menjauh dari level USD 1.700 pada hari Senin, karena investor menjual emas untuk ambil untung di tengah anjloknya pasar ekuitas dan energi, membayangi permintaan safe-haven logam. 

Dikutip dari laman CNBC, Selasa (10/3/2020), harga emas di pasar spot turun 0,2 persen menjadi USD 1,670.40 per ons. Sedangkan emas berjangka AS turun 0,1  persen menjadi USD 1,669,90.

Emas telah naik sebanyak 1,7 persen dan telah menyentuh level tertinggi sejak Desember 2012 di USD 1,702.56 sebelumnya. Namun, reli harga telah menyebabkan aksi ambil untung di logam, kata analis.

"Ini sedikit mengejutkan dengan emas yang tidak melakukan lebih baik. Sempat mencapai USD 1.700 pada awal perdagangan tetapi telah turun dan tampaknya menjadi penjualan di semua aset," kata analis Mitsubishi Jonathan Butler.

"(Penurunan harga emas) mungkin sebagian karena margin call dibuat di komoditas lain atau kelas aset, yang berarti likuidasi dalam emas," tambahnya.

Indeks utama Wall Street turun 7 persen dan Dow Jones Industrials turun sebanyak 2.000 poin yang merupakan penurunan satu hari terbesarnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Mendekati Krisis 2008

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Indeks saham dunia semua negara MSCI merosot lebih dari 5 persen pada hari Senin, dan berada di jalur untuk penurunan harian terbesar sejak krisis keuangan global 2008.

Harga minyak menukik sepertiga, kekalahan harian terbesar sejak Perang Teluk 1991, karena Arab Saudi dan Rusia mengindikasikan bahwa mereka akan meningkatkan pasokan ke pasar yang kelebihan pasokan. Emas sering dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang dipimpin minyak.

“Kami menghadapi pertarungan dua arah antara leverage dana lindung nilai yang perlu dikurangi lagi, dan investor berusaha menemukan tempat yang aman dari jatuhnya pasar saham, terutama sektor energi,” kata analis Saxo Bank, Ole Hansen.

Pada hari Minggu, Italia mengkonfirmasi bertambahnya yang terjangkit wabah virus. Secara global, jumlah kasus di seluruh dunia telah naik di atas 110.000, dengan 3.800 kematian.

Fokus investor selanjutnya beralih ke pertemuan Bank Sentral Eropa yang dijadwalkan pada hari Kamis dan pertemuan kebijakan Fed A.S. pada tanggal 18 Maret. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya