Rupiah 15.315 per dolar AS, Minyak Jeblok ke USD 24 per Barel, Emas Turun ke 1.485 per Ounce

Pasar rupiah, minyak dunia dan emas mengalami tekanan. Penyebabnya masih sama yaitu kekhawatiran akan pelemahan ekonomi akibat virus Corona.

oleh Arthur GideonSeptian Deny diperbarui 19 Mar 2020, 11:05 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2020, 11:05 WIB
Rupiah Menguat Tipis atas Dolar
Petugas bank menghitung uang dollar AS di Jakarta, Jumat (20/10). Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) masih belum beranjak dari level Rp 13.500-an per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan Kamis ini. Harga minyak pun juga anjlok dan emas mengalami tekanan.

Mengutip Bloomberg, Kamis (19/3/2020), rupiah dibuka di angka 15.287 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di angka 15.315 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah terus tertekan ke 15.315 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 15.287 per dolar AS hingga 15.315 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 10,45 persen.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta mengatakan, pasar masih mengantisipasi perlambatan ekonomi karena pandemi Virus Corona baru atau COVID-19.

"Tekanan untuk rupiah kemungkinan masih bisa berlanjut hari ini, meskipun BI memberikan stimulus," ujar Ariston.

Ariston memprediksi rupiah hari ini akan bergerak di kisaran 15.250 per dolar AS hingga 15.500 per dolar AS.

 

Harga Minyak

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Tekanan tak hanya dialami oleh rupiah, harga minyak pun juga tenggelam 24 persen ke level terendah lebih dari 18 tahun pada hari perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta).

Dikutip dari CNBC, Kamis (19/3/2020), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 24,4 persen atau USD 6,58 ke level USD 20,37 per barel. Ini menjadi level terendah sejak Februari 2002 dan hari terburuk ketiga WTI dalam catatan.

Sementara harga patokan minyak mentah internasional yaitu Brent turun 14,1 persen atau USD 4,07, diperdagangkan pada level USD 24,67, level, terendah sejak 2003.

Minyak semakin terpukul di sisi penawaran dan permintaan. Perlambatan dalam aktivitas perjalanan dan bisnis di seluruh dunia membebani permintaan. Ini sama seperti produsen pembangkit tenaga listrik Arab Saudi dan Rusia bersiap untuk meningkatkan produksi.

"Pasar minyak akan dibanjiri dengan surplus barel," tulis Bank of America dalam sebuah catatan.

 

Harga Emas

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Tak berbeda jauh. Harga emas pun juga mengalami tekanan yang dalam. Dikutip dari CNBC, harga emas di pasar spot turun 2,8 persen menjadi USD 1.485,06 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS turun 2,4 persen menjadi USD 1.488,70.

"Emas terus menderita dari kepanikan risk-off di pasar, diperdagangkan kembali di bawah level USD 1.500 karena S&P futures menyerah pada kenaikan yang didorong oleh stimulus," kata Tai Wong, Kepala Perdagangan Derivatif Logam Mulia dan Dasar di BMO.

Federal Reserve AS pada Selasa kemarin mengatakan akan mengembalikan fasilitas pendanaan yang digunakan selama krisis keuangan 2008 untuk mendapatkan kredit langsung ke bisnis dan rumah tangga di tengah kekhawatiran krisis likuiditas akibat virus.

Pada Rabu, The Trump Administration meminta Kongres untuk menyetujui pembayaran tunai USD 500 miliar kepada pembayar pajak dalam dua putaran yang akan dimulai 6 April.

"Harga emas akan tetap stabil selama beberapa sesi berikutnya karena investor menunggu untuk melihat apakah pemerintahan Trump tidak dapat dengan cepat melewati rencana stimulus besar-besaran," kata Edward Moya, Analis Pasar Senior OANDA.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya