Pengusaha Tolak Kemudahan Izin Impor Kain di Tengah Bawah Corona

API menolak keras jika sektor industri kain dan pakaian diberi kebijakan relaksasi impor

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 23 Mar 2020, 18:45 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2020, 18:45 WIB
Akibat COVID-19, Pasar Tanah Abang Blok B Alami Penurunan Penjualan
Aktivitas penjualan baju di Blok B Pasar Tanah Abang, Jakarta, Kamis (19/03). Terkait merebaknya virus Corona (Covid-19) Pasar Tanah Abang Blok B mengalami penurunan penjualan. Namun sebagian warga masih berdatangan untuk membeli kebutuhan dalam menyambut Bulan Ramadan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha tekstil yang tergabung dalam Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menolak keras jika sektor industri kain dan pakaian diberi kebijakan relaksasi impor guna menjaga produksi dalam menghadapi wabah virus corona (Covid-19).

Wakil Ketua API sektor Perdagangan Dalam Negeri, Chandra Setiawan, meminta agar pemerintah condong memberi perlindungan kepada pelaku usaha domestik ketimbang membuka keran impor.

"Kami secara tegas menolak relaksasi impor, karena kita harus lebih fokus pada produsen alam negeri untuk jaga perekonomian Indonesia," seru dia dalam sesi teleconference, Senin (23/3/2020).

Jika relaksasi impor untuk industri kain dan pakaian jadi digulirkan, ia melanjutkan, maka itu akan berdampak panjang dan mengekor untuk sektor-sektor lainnya.

"Relaksasi impor di barang tekstil berupa pakaian jadi, maka itu akan terpukul untuk barang pakaian jadinya. Gitu juga kalau relaksasi impor kain, itu akan dampak buruk ke industri kain dan benang di hulu, dan seterusnya. Karena proses produksi tekstil ini panjang," bebernya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Cintai Produk Dalam Negeri

Akibat COVID-19, Pasar Tanah Abang Blok B Alami Penurunan Penjualan
Aktivitas penjualan baju di Blok B Pasar Tanah Abang, Jakarta, Kamis (19/03). Terkait merebaknya virus Corona (Covid-19) Pasar Tanah Abang Blok B mengalami penurunan penjualan. Namun sebagian warga masih berdatangan untuk membeli kebutuhan dalam menyambut Bulan Ramadan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Oleh karenanya, Chandra mengajak agar masyarakat semakin mau mencintai produk dalam negeri. Menurutnya, sikap itu akan bantu menyelamatkan pelaku industri tekstil Indonesia yang secara nasib kini tengah terperosok.

"Kita harus canangkan gerakan cinta produk dalam negeri. Ini merupakan substitusi impor sebagai upaya untuk cipta lapangan kerja," imbuh dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya