Vaksin Corona Jadi Satu-Satunya Obat Krisis Ekonomi Global 2020

Butuh solusi global untuk mengatasi krisis ekonomi 2020 yang terjadi akibat pandemi Corona Covid-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Apr 2020, 16:19 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2020, 16:10 WIB
Suasana Kota Barcelona Setelah Spanyol Berlakukan Lockdown
Warga berjalan di sepanjang La Ramblas, Barcelona, Spanyol, Minggu (15/3/2020). Pemerintah Spanyol memberlakukan lockdown setelah negara berpenduduk 47 juta jiwa itu terdampak virus corona COVID-19 paling parah kedua di Eropa setelah Italia. (AP Photo/Emilio Morenatti)

Liputan6.com, Jakarta - Karakteristik krisis ekonomi yang terjadi pada 2020 ini sangat berbeda dengan krisis ekonomi yang terjadi sebelumnya. Bahkan diperkirakan krisis ekonomi ini akan terjadi hingga tahun depan atau hingga vaksin virus Corona Covid-19 ditemukan.

Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk, Adrian Panggabean mengakui butuh solusi global untuk mengatasi krisis ekonomi 2020 yang terjadi akibat pandemi Corona Covid-19. Apalagi, krisis ekonomi 2020 memiliki tiga dimensi besar yakni wabah penyakit, kebijakan sosio-politik untuk menekan penyebaran Covid-19 (social distancing dan phisical distancing) serta pengaruh negatif bagi perekonomian dunia.

"Krisis ekonomi global 2020 ini memiliki karakteristik yang berbeda jika dibandingkan krisis 1997-1998 maupun krisis ekonomi 2008," kata dia dalam disukusi virtual di Jakarta Minggu (26/4/2020).

Adrian menjelaskan ketiga kombinasi tersebut saling berhubungan satu sama lain. Tingkat pengaruh ekonomi ditentukan oleh bagaimana kebijakan sosial distancing maupun phisical distancing akan dilakukan dan dalam jangka berapa waktunya. Sementara kebijakan social distancing akan ditentukan oleh kemampuan negara negara di dunia untuk mengatasi Corona Covid-19.

Dia meyatakan, berdasarkan dari keterangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan vaksin untuk menangani pandemi Covid-19 baru bisa ada 12-18 bulan ke depan. "Ini artinya solusi global terhadap krisis ekonomi sekarang baru akan terjadi pada pertengahan 2021 atau pertengahan tahun depan," ujarnya.

 

Polarisasi Dunia

lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Adrian mengatakan masalah yang dihadapi dalam menangani krisis ekonomi 2020 ini adalah terjadinya polarisasi di dunia. Polarisasi itu antara lain terjadinya persaingan antara Rusia dengan OPEC, rivalitas antara China dan Amerika Serikat, Eropa versus Eropa, negara kaya dan negara miskin. Polarisasi inilah yang membuat solusi secara global menghadapi sejumlah kendala yang harus terlebih dahulu diatasi.

Dia menyebut harga minyak dunia negatif baru terjadi pada krisis kali ini. Permintaan dunia terhadap minyak dunia turun drastis sehingga pertumbuhan ekonomi dunia akan mengalami penurunan. Berbagai lembaga keuangan internasional seperti IMF, Bank Dunia, ADB juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan terkoreksi secara tajam.

 

IHSG

Dilanda Corona, IHSG Ditutup Melesat
Pekerja melintas di layar IHSG di BEI, Jakarta, Rabu (4/3/2020). IHSG kembali ditutup Melesat ke 5.650, IHSG menutup perdagangan menguat signifikan dalam dua hari ini setelah diterpa badai corona di hari pertama pengumuman positifnya wabah corona di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, Analisis Pasar Saham dari Koneksi Kapital, Alfred Nainggolan menyatakan krisis ekonomi 2020 berdampak negatif pada penurunan pada IHSG. Di mana pada bulan Maret terkoreksi hingga 38 persen. Namun koreksi hingga 38 persen ini akan mengalami pemulihan jika solusi global bisa dilakukan oleh negara-negara di dunia.

Dia membandingkan pemulihan yang terjadi dalam krisis-krisis ekonomi sebelumnya. Pada krisis ekonomi 1997-1998, IHSG terkoreksi pada angka 72 persen dan dibutuhkan waktu selama 8 bulan dari posisi terendah penurunan yang terjadi Oktober 1998. Sementara pada krisis ekonomi 2008 dimana IHSG mengalami koreksi sebesar 60 persen membutuhkan waktu selama 16 bulan dari level terendah IHSG.

Alfred menambahkan yang menjadi perhatian para investor di pasar saham saat ini adalah seberapa lama pandemi Covid-19 akan selesai dan durasinya seperti apa. Jika kepastian ini belum ada, kemungkinan pasar terkoreksi lebih dalam dibandingkan krisis ekonomi 1997-1998 akan terjadi.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya