Liputan6.com, Jakarta Harga emas turun lebih dari 1% pada hari Senin, mundur dari level tertinggi mendekati rekor yang terlihat pada sesi terakhir. Harga emas anjlok karena investor melikuidasi posisi emas batangan, bersamaan dengan aksi jual pasar yang lebih luas yang dipicu oleh meningkatnya minat terhadap perusahaan rintisan AI asal China, DeepSeek .
Dikutip dari CNBC, Selasa (28/1/2025), harga emas dunia di pasar spot turun 1,3% menjadi USD 2.736,75 per ons. Harga telah naik mendekati level tertinggi pada hari Jumat. Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup 1,5% lebih rendah pada USD 2.738,40 per ons.
Advertisement
Baca Juga
Penurunan tajam di pasar ekuitas global telah mendorong pergerakan penghindaran risiko di seluruh kelas aset lainnya, dengan imbal hasil Treasury Amerika Serikat (AS) turun ke level terendah tiga minggu dan indeks dolar mencapai level terendah sejak 18 Desember.
Advertisement
″(Penjualan) ini lebih banyak didorong oleh pasar ekuitas secara umum daripada hanya suku bunga atau mata uang normal. Kami melihat sedikit krisis likuiditas,” kata Kepala Strategi Komoditas TD Securities, Bart Melek.
“Beberapa orang mungkin perlu menciptakan likuiditas di pasar dan mungkin beberapa saham yang mereka andalkan atau yang menjadi marginnya mengalami pergerakan besar, jadi saya pikir ini masalah likuiditas dan emas dijual bersama dengan aset berisiko lainnya," lanjut dia.
Aksi jual terjadi menjelang pertemuan kebijakan pertama Bank Sentral AS, Federal Reserve(The Fed) tahun ini, di mana para pembuat kebijakan sebagian besar diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap pada hari Rabu, menurut alat CME FedWatch.
Namun, fokus investor akan tertuju pada isyarat apa pun mengenai keputusan kebijakan masa depan saat Presiden AS Donald Trump memulai masa jabatan keduanya, dengan kebijakan tarifnya yang kemungkinan akan memicu inflasi.
“Emas masih diminati. Permintaan akan aset safe haven akan terus mendukung... Kita akhirnya akan mencapai titik tertinggi sepanjang masa karena masih ada ketidakpastian mengenai agenda kebijakan pemerintahan Donald Trump,” kata Wakil Presiden dan Ahli Strategi Logam Senior di Zaner Metals, Peter Grant.
Prediksi Harga Emas Dunia Jelang Imlek 2025, Simak di Sini
Pasar emas kini memasuki periode yang penuh ketegangan dan potensi besar, terutama dengan kebijakan ekonomi yang dicanangkan oleh Presiden Donald Trump. Kebijakan perdagangan yang agresif, termasuk tarif impor yang direncanakan, telah menciptakan dampak signifikan, memicu lonjakan minat investor terhadap harga emas.
Dikutip dari Kitco.com, Senin (27/1/2025), logam mulia ini kembali menjadi sorotan sebagai alat lindung nilai yang sangat efektif untuk mengimbangi inflasi yang terus meningkat.
Sejak dimulainya pemerintahan Trump, serangkaian kebijakan yang berani telah diperkenalkan, termasuk reformasi perdagangan dan keputusan untuk menarik diri dari beberapa perjanjian internasional.
Kebijakan ini, yang tidak hanya mengubah hubungan dagang dengan negara-negara besar, tetapi juga memengaruhi pola pikir investor dalam melihat potensi risiko di pasar global.
Sebagai contoh, Trump telah mengusulkan tarif 25% pada barang-barang yang diimpor dari Kanada dan Meksiko, serta tarif 10% pada barang-barang dari Tiongkok, yang dijadwalkan berlaku mulai 1 Februari.
Tindakan-tindakan ini memiliki dampak signifikan terhadap inflasi, yang diprediksi akan melonjak sebagai akibat dari kenaikan biaya impor.
Advertisement
Permintaan Emas Naik
Deutsche Bank memperkirakan bahwa tarif yang diusulkan dapat meningkatkan inflasi dari 2,9% pada Desember menjadi 3,7% pada akhir tahun 2025.
Sebagai respons terhadap hal ini, permintaan akan emas sebagai instrumen untuk melindungi nilai aset semakin meningkat.
Analis Goldman Sachs menyarankan bahwa, dengan inflasi yang lebih tinggi, investor akan semakin cenderung untuk mengalihkan dananya ke emas sebagai lindung nilai.
Kenaikan harga emas juga dipicu oleh lemahnya nilai tukar dolar AS. Pemotongan pajak yang diusulkan Trump dan langkah deregulasi bisa merangsang perekonomian, namun juga akan meningkatkan utang nasional dan defisit federal.
Ketika dolar AS melemah, emas, yang biasanya diperdagangkan dalam dolar, menjadi lebih menarik bagi investor internasional. Ini menambah faktor pendorong kenaikan harga emas.