Mobilitas Warga Berkurang karena Ada PSBB, Kualitas Udara Jakarta Lebih Baik

Kajian sejumlah pihak menunjukkan hal signifikan yang memengaruhi kualitas udara Jakarta dan sekitarnya tersebut ialah kendaraan umum dan pribadi selama PSBB.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Apr 2020, 20:30 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2020, 20:30 WIB
FOTO: Dampak Work From Home, Kualitas Udara Jakarta Membaik
Pemandangan gedung-gedung perkantoran di kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis (2/4/2020). Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyatakan adanya perbaikan kualitas udara Ibu Kota karena penerapan work from home untuk mencegah meluasnya penyebaran virus corona COVID-19. (Liputan6.com/Fazial Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat kualitas udara di Jakarta mulai membaik yang disebabkan kurangnya mobilitas warga karena adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) terkait COVID-19.

"Meski dalam perhitungan masih menunjukkan adanya dinamika naik-turun, kualitas udara Jakarta secara umum mengalami perbaikan belakangan ini," kata Kepala Sub Bidang Informasi Pencemaran Udara BMKG Suradi seperti mengutip Antara, Kamis (30/4/2020).

Dari berbagai indikator dan perhitungan, ia mengatakan bahwa kajian sejumlah pihak menunjukkan hal signifikan yang memengaruhi kualitas udara Jakarta dan sekitarnya tersebut ialah kendaraan umum dan pribadi selama PSBB.

"Kendaraan bermotor memang faktor nomor satu. Kemudian berhentinya pabrik sementara bisa berpengaruh juga ke kualitas udara Jakarta," katanya.

Ia menjelaskan secara umum, sejak awal penerapan bekerja dan berkegiatan dari rumah akibat COVID-19 hingga dua pekan setelahnya, terlihat adanya perbaikan kualitas udara. Begitu pula dengan kondisi pada awal Ramadhan 1441 Hijriah.

Akan tetapi di sisi lain, kata dia, geliat masyarakat yang melakukan "panic buying" (membeli banyak barang dalam waktu singkat akibat kepanikan) cukup disayangkan sebab mengakibatkan mobilitas warga kembali tinggi. Hal ini sempat menyebabkan polusi terlihat meningkat di awal PSBB.

Kemudian, pengaruh tidak turunnya hujan dalam beberapa waktu terakhir juga membuat kualitas udara memburuk.

Hingga memasuki pekan pertama Ramadhan, indikator kualitas udara menunjukkan angka yang naik turun di kategori baik yakni 0-50 mikrogram per meter kubik dan sedang pada angka 51-150 mikrogram per meter kubik.

Selain itu, terkait Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di kawasan Banten atau sisi barat Jakarta yang tetap beroperasi saat ini, BMKG menegaskan hal itu tidak berpengaruh pada kualitas udara.

Kesimpulan tersebut diperoleh melalui analisa faktor angin. Selain itu, juga dengan melihat perbandingan kualitas udara Jakarta pada April 2019 dan tahun ini di periode yang sama.

"PLTU justru tidak pengaruh. Jika dibandingkan tahun lalu yakni April 2019, kualitas udara Jakarta pada April tahun ini justru membaik," demikian Suradi.

Faktor Lain

FOTO: Minggu Pertama PSBB, Kualitas Udara Jakarta Membaik
Langit mendung menyelimuti gedung bertingkat dan pemukiman warga di Jakarta Selatan, Jumat (17/4/2020). Memasuki minggu pertama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta, kualitas udara mulai membaik karena mobilitas kendaraan bermotor menurun hampir 70 persen. (merdeka.com/Dwi Narwoko)
Direktur Pengendalian Pencemaran Udara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Dasrul Chaniago juga mengakui, banyak yang mempertanyakan perihal dampak PSBB terhadap kualitas udara Jakarta.
 
Dia menjelaskan, kondisi ini tidak bisa dibandingkan secara bulan ke bulan. “Karena kualitas udara dipengaruhi oleh banyak hal. Antara lain arah angin, kecepatan angin, bentang alam, dan tentunya yang utama adalah sumber emisi setempat,” urai dia.
 
Ia mengatakan, pada April ini sudah masuk musim angin timur. Di mana saat musim angin timur, selain kering juga membawa partikel debu lebih banyak. Oleh karenanya tren partikel debu udara ambien Jakarta akan terus menaik sampai September. 
 
Apabila ingin membandingkan data bulan April 2020, maka bisa dilihat kualitas udara periode yang sama tahun lalu atau year on year. Tidak bisa dengan menilai faktor tertentu sebagai pencemar. 
 
Dari analisa alat pengukur, KLHK sama dengan BMKG melihat ada perbaikan kualias udara Jakarta dan sekitarnya. 
“Maka untuk konsentrasi partikel debu ( PM 10), ada penurunan  di atas 17 persen. Sedangkan untuk untuk konsentrasi PM 2.5 ada  penurunan sekitar 10 persen. Artinya udara ambien Jakarta membaik dibandingkan tahun lalu pada waktu yang sama,” tutur dia.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya