Liputan6.com, Jakarta - Wali Kota Sibolga, Syarfi Hutauruk mengeluhkan keterbatasan alat pelindung diri (APD) level tiga yang digunakan bagi tenaga medis untuk menangani pasien covid-19. Meskipun anggaran untuk pembelian tersedia namun tak mampu mendatangkan APD ke Sibolga.
"Pertama ketersediaan APD tingkat tiga termasuk masker sangat langkah. Bahkan Ada uang belum tentu barangnya ada," tegas dia saat mengisi acara Webinar terkait Kesediaan APD, Selasa (5/5).
Dia mengatakan kelangkaan APD di Sibolga terjadi sejak pemerintah mengumumkan dua warganya terpapar virus berbahaya asal kota Wuhan pada awal Maret 2020. Kendati, pihaknya telah melakukan pemesanan dari luar negeri namun APD yang dinantikan tak kunjung tiba.
Advertisement
APD level tiga sendiri sangat dibutuhkan bagi keselamatan tenaga medis setempat untuk merawat pasien covid-19. Hal ini tak lepas dari sifat penyebaran virus asal kota Wuhan yang begitu cepat dalam menginfeksi manusia.
Terlebih, Sibolga merupakan bagian pusat ekonomi di provinsi Sumatera Utara hal ini ditandai oleh akses mudah menuju sejumlah fasilitas umum seperti Bandara, Pelabuhan maupun Terminal.
"Sibolga juga menjadi tempat transit bagi orang yang akan menuju pulau Nias," imbuh dia.
Meski begitu, ketersediaan APD non medis seperti masker kain masih tercukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Hal ini tak lepas dari langkah pemerintah Sibolga yang menggandeng UMKM lokal untuk memproduksi masker kain ditengah ancaman pandemi virus covid-19.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Minim Stok, Tenaga Medis di Jambi Terpaksa Pakai APD Berulang Kali
Walikota Jambi, Syarif Fasha mengeluhkan minimnya ketersediaan stok alat pelindung diri (APD) tingkat tiga yang diperuntukkan bagi tenaga medis dalam menangani pasien positif covid-19. Imbasnya tenaga medis di kota Jambi terpaksa menggunakan APD hingga berulang kali.
"Seharusnya APD tingkat tiga digunakan satu kali. Tapi kami mensiasati (kekurangan stok APD), bisa dipakai beberapa kali oleh tenaga medis," kata dia saat mengisi acara Webinar, Selasa (5/5).
Dia menjelaskan langkah ini terpaksa diambil mengingat terbatasnya kemampuan daerah untuk menyediakan APD tingkat tiga bagi tenaga medis setempat.
Akan tetapi, pihaknya terus berupaya memenuhi stok APD tingkat tiga dengan berkoordinasi bersama pemerintah pusat namun persediaan APD yang ada tetap tidak mampu memenuhi kebutuhan medis seiring meningkatnya jumlah pasien covid-19 di Jambi.
Meskipun, pemakaian APD dilakukan secara berulang kali, pihaknya mengklaim tetap memperhatikan unsur keamanan setiap alat tersebut.
Misalnya, masker N95 akan dilapisi dengan masker medis sehingga lapisan masker tersebut akan langsung diganti setelah berinteraksi dengan pasien covid-19.
Hal yang sama juga berlaku bagi penggunaan sepatu boot anti slip, seperti digunakannya lapisan sepatu khusus bagi tenaga medis yang bersentuhan langsung dengan pasien covid-19. Selain itu, kacamata google juga terpaksa digunakan berulang kali oleh tenaga medis karena stok yang terbatas.
"Banyak hal yang kami harus hemat, tapi pakaian APD harus kami ganti," imbuhnya.
Advertisement
Kelangkaan APD
Syarif menambahkan, cara lain yang ditempuh tenaga medis dalam mensiasati kelangkaan APD dengan mengurangi interaksi langsung dengan pasien covid-19 tanpa gejala.
Dengan cara memanfaatkan alat komunikasi untuk menginformasikan jadwal makan dan interaksi lainnya kepada pasien, tentunya telah memperhatikan kondisi kesehatannya.
Untuk itu diharapkan pemerintah bersama pihak terkait lainnya segera mencarikan solusi agar stok APD terutama tingkat tiga dapat dipenuhi. Hal ini bersifat penting mengingat keselamatan tenaga medis menjadi pertaruhannya.