Liputan6.com, Jakarta - Nilai ekspor Indonesia terus merosot pada Mei 2020 sebesar USD 10,53 miliar, turun 13,40 persen dari April lalu. Hal ini dipengaruhi oleh fluktuasi harga minyak dunia dan kondisi pasar dunia saat pandemi Covid-19 yang menyebabkan terganggunya distribusi dan permintaan akibat pembatasan sosial.
Kendati demikian, beberapa komoditas nonmigas mengalami peningkatan yang cukup baik, meski ada juga beberapa komoditas non migas lainnya yang merosot tajam, seperti emas yang turun hingga USD 382,5 juta.
Baca Juga
Kepala Badan Pusat Statistik, Kecuk Suhariyanto menyebutkan salah satu komoditas nonmigas yang menunjukkan kenaikan paling tinggi yakni besi dan baja.
Advertisement
"Besi dan baja HS 72, ekspor besi dan baja ini utamanya tertuju ke Tiongkok, Taiwan dan Korea Selatan," ujar Kecuk dalam siaran pers BPS, Senin (15/6/2020).
"Kemudian yang juga masih mengalami peningkatan ekspor itu adalah kertas, karton, dan barang barang dari kertas dan karton yang tergolong dalam HS 48 tujuan utama ekspor kita ini ke Tiongkok, Thailand dan Jepang," lanjut dia.
Adapun kenaikan nilai ekspor untuk besi dan baja adalah USD 130 juta, sementara untuk kertas, karton dan barang daripadanya adalah USD 48,2 juta.
"Kemudian untuk ekspor bijih, terak, dan abu logam HS 26 juga masih mengalami peningkatan sebesar 23,7 juta pada Mei 2020 ini. Ekspor utamanya kita tujukan ke Jepang Tiongkok dan Spanyol," jelas Kecuk.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bahan Rajutan
Komoditas lainnya yang juga mengalami peningkatan yakni pakaian dan aksesorisnya (rajutan) sebesar USD 15,1 juta. Lalu ada tembakau dan rokok yang mengalami kenaikan sebesar USD 13,6 juta.
Sementara itu, beberapa komoditas non migas yang mengalami penurunan cukup dalam diantaranya, logam mulia (emas)/perhiasan/permata yang mengalami penurunan paling dalam, yakni USD 382,5 juta. Adapun ekspor utama dari komoditas ini adalah ke Swiss, Singapura, dan Australia.
"Kemudian bahan bakar mineral menempati posisi penurunan kedua, HS 27, itu tujuannya adalah ke Tiongkok, India, dan Malaysia," beber Kecuk.
Ketiga, lanjut Kecuk diduduki oleh lemak dan minyak hewan nabati HS 15, yang ekspor itu kita tujukan terutama ke India, Tiongkok dan AS. penurunan lemak dan minyak hewan nabati ini sebesar USD 199,7 juta.
Selanjutnya, ada karet dan barang dari karet yang mengalami penurunan sebesar USD 114,9 juta, dan alas kaki sebesar USD 102,0 juta.
Advertisement