Ekspor Indonesia Turun di November 2024, Ini Gara-garanya

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor Indonesia pada periode November 2024 mencapai USD24,01 miliar atau turun sebesar 1,70 persen

oleh Septian Deny diperbarui 16 Des 2024, 12:20 WIB
Diterbitkan 16 Des 2024, 12:15 WIB
Neraca Perdagangan RI
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor Indonesia pada periode November 2024 mencapai USD24,01 miliar atau turun sebesar 1,70 persen secara bulanan (month to month/mtm) dibandingkan bulan sebelumnya.

"Pada November 2024, nilai ekspor mencapai USD24,01 miliar yang turun 1,70 persen dibandingkan Oktober 2024," kata Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi perd, Jakarta, Senin (16/12).

Amalia merincikan untuk nilai ekspor migas tercatat USD1,32 miliar atau turun 2,1 persen dan nilai ekspor non megias 1,67 persen dengan nilai USD22,69 miliar. 

Katanya, penurunan eskpor secara bulunan didorong oleh nilai ekspor non migas terutama pada komoditas lemak dan minyak hewan nabati, bij logam perak dan abu, tembaga dan baramg daripadanya.

Kendati begitu, jika dilihat secara tahunan, nilai ekspor November 2024, mengalami peningkatan 9,14 persen.

Hal ini diorong oleh ekspor non migas terutama pada nikel dan barang daripadanya, mesin dan peralatan mekanis, serta mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya.

"Namun demikian secara tahunan nilai ekspor November 2024, mengalami peningkatan 9,14 persen," tutup Amalia. 

Produksi Beras Meningkat

Kementan
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman/Istimewa.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengungkapkan rahasia peningkatan produksi beras nasional. Padahal, ada ancaman El Nino hingga La Nina.

Keduanya kerap menjadi penyebab turunnya produksi pertanian. Namun, produksi beras nasional berhasil tumbuh pada periode Agustus-Oktober 2024. Mentan Amran menyebut, tumbuhnya produksi beras dicatat Badan Pusat Statistik (BPS). 

"Kita tau ada El Nino di 2024 deras, La Nina, ada kekeringan, tiba bersamaan, tetapi ada anomali alhamdulillah sesuai BPS, bukan kami, ada peningkatan produksi Agustus, September, Oktober," ungkap Amran di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Kamis (5/12/2024).

Dia mencatat, peningkatannya bahkan menjadi lebih tinggi dari produksi pada musim normal.

"Itu meningkat cukup tajam karena lebih tinggi produksinya daripada saat iklim normal," kata Amran.

Dia mengatakan, peningkatan produksi itu berkat masifnya pompanisasi yang menopang pengairan ke sentra-sentra produksi. Naiknya produksi beras ini, membuat tren deflasi harga beras. Menariknya, kondisi itu terjadi di musim panceklik.

"Ini alhamdulillah karena gerakan kita masif pompanisasi," tegas dia.

"Dan ada lagi yang menarik kemarin mungkin ada yang tulis deflasi pangan, ini anomali juga terjadi disaat musim panceklik, artinya apa? Produksi betul-betul meningkat dan itu data BPS," imbuhnya.

Perlu diketahui, BPS mencatat deflasi beras pada November 2024. Harga beras turun 0,45 persen dengan andil deflasi 0,02 persen. Deflasi ini terjadi di 26 provinsi dengan penurunam terdalam ada di Papua Pegunungan dengan 4,64 persen.

 

 

Genjot Produksi Mulai 2025

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. (Foto: Liputan6.com/Arief RH)
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. (Foto: Liputan6.com/Arief RH)

Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman akan memaksimalkan produksi padi di 2,3 juta hektare (ha) lahan mulai 2025. Beberapa strategi pun disusun untuk mencapai swasembada beras nasional.

Dia mengatakan, 2,3 juta Ha lahan tadi dibagi menjadi beberapa cara. Pertama, sekitsr 851 ribu Ha lahan merupakan optimalisasi di kawasan rawa. Targetnya ada peningkatan produksi dengan penambahan masa tanam.

"Ini sudah kita petakan sampai level bawah. 2,3 juta hektare itu 851 ribu adalah oplah (optimalisasi lahan) adalah daerah rawa yang dulu tanam 1 (kali) jadi 3 (kali). Ini yang kita kejar karena ini bisa menghasilkan cepat," kata Amran di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Kamis (5/12/2024).

Kedua, ada cetak sawah di lahan seluas 500 ribu Ha. Ini dilakukan di sejumlah lahan yang tersebar di Indonesia. 

 

Perbaiki Irigasi

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memastikan produksi beras tak akan terdampak signifikan cuaca ekstrem. (dok: Arief)

Ketiga, memperbaiki sistem irigasi dengan total luasan lahan 1 juta Ha. Langkah ini dilakukan mayoritas di lahan sawah di Pulau Jawa. Harapannya, produksi beras bisa meningkat dengan diperbaikinya sistem pengairan.

"Berikutnya adalah normalisasi irigasi premier, sekunder, tersier itu di daerah eksisting yaitu didominasi Pulau Jawa yang dulu tanam 3 kali tapi karena salurannya tersumbat kita perbaiki normalisasi sehingga bisa tanam kembali seperti sediakala yaitu 3 kali," ucapnya.

"Jawa kita hitung kemarin, tapi dengan normalisasi Bisa saja 500-700an (ribu hektare), 500 ribu hektar. (Di luar Jawa) Mungkin bisa 500-an juga. Jadi satu juta, semua satu juta, kita normalisasi. Dan juga ada ponpanisasi," imbuhnya.

Dia menegaskan kembali, langkah tersebut dilakukan mulai 2025. Namun, persiapannya dilakukan sejak dini.

"2025. Persiapan sekarang kita curi start," ungkap Amran.

 

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya