Neraca Perdagangan Surplus Lagi, BI: Bisa Topang Ketahanan Ekonomi

Surplus neraca perdagangan yang lebih tinggi terutama bersumber dari peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas.

oleh Arthur Gideon diperbarui 17 Des 2024, 10:30 WIB
Diterbitkan 17 Des 2024, 10:30 WIB
Neraca Perdagangan RI
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan kembali surplus pada November 2024. Dengan begitu neraca perdagangan mencatatkan surplus selama 55 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan surplus neraca perdagangan Indonesia pada November 2024 mencapai USD 4,42 miliar. Angka ini naik dibandingkan dengan surplus pada Oktober 2024 sebesar USD 2,48 miliar. Dengan realisasi suplus neraca perdagangan pada november 2024 ini maka Indonesia telah membukukan suplus neraca perdagangan selama 55 bulan bertutur-turut. 

Bank Indonesia (BI) memandang surplus neraca perdagangan ini positif untuk menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia lebih lanjut.

"Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas lain guna meningkatkan ketahanan eksternal dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan," jelas Direktur Eksekutif Bank indonesia Ramdan Denny Prakoso dalam keterangan tertulis, Selasa (17/12/2024).

Surplus neraca perdagangan yang lebih tinggi terutama bersumber dari peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas. Neraca perdagangan nonmigas November 2024 mencatat surplus sebesar USD 5,67 miliar, meningkat dibandingkan dengan capaian bulan sebelumnya sebesar USD 4,80 miliar. Perkembangan tersebut sejalan dengan kuatnya ekspor nonmigas yang mencapai USD 22,69 miliar.

Kinerja positif ekspor nonmigas tersebut didukung oleh ekspor komoditas berbasis sumber daya alam seperti nikel dan barang daripadanya, maupun ekspor produk manufaktur seperti besi dan baja serta mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya.

Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas ke Tiongkok, Amerika Serikat, dan India tetap menjadi kontributor utama ekspor Indonesia. Defisit neraca perdagangan migas tercatat menurun menjadi sebesar USD 1,25 miliar pada November 2024 sejalan dengan penurunan impor migas yang lebih besar dibandingkan dengan penurunan ekspor migas.

Neraca Perdagangan Surplus 55 Bulan Beruntun, November 2024 Tercatat USD 4,47 Miliar

50 Bulan Beruntun, Neraca Perdagangan RI Surplus
Surplus yang didapat pada periode Juni 2024 berasal dari nilai transaksi ekspor yang mencapai 20,84 miliar dolar AS, serta impor sebesar 18,45 miliar dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan kembali surplus pada November 2024. Dengan begitu neraca perdagangan mencatatkan surplus selama 55 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, neraca perdagangan barang Indonesia pada November 2024 kembali surplus sebesar USD 4,47 miliar. Angka ini naik USD 1,94 miliar secara bulanan. Dengan realisasi di November 2024 ini, neraca perdagangan surplus 55 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

"Surplus neraca perdagangan pada November 2024 ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya dan bulan yang sama pada tahun lalu," kata Amalia dalam konferensi pers, Jakarta, Senin (16/12/2024).

Amalia menjelaskan kondisi surplus pada November 2024 ditopang pada surplus komoditas non migas utamanya adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja.

 

Komoditas Migas

Aktivitas di JICT
Aktivitas di JICT, Jumat (15/3). Menko Perekonomian Darmin Nasution, mengisyaratkan kekhawatirannya terhadap kinerja impor yang kendur pada Februari 2019, meskipun hal ini membuat neraca perdagangan RI surplus. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,25 miliar yang disumbang oleh hasil minyak maupun minyak mentah.

Selanjutnya neraca perdagangan menurut negara mitra dagang, pada November 2024, RI mengalami surplus perdagangan barang dengan beberapa negara. Tiga terbesar adalah Amerika Serikat (AS) tercatat surplus USD1,58 miliar, India USD1,24 miliar, dan filipina USD770,3 miliar.

Sementara itu, lanjutnya, Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara dan tiga terbesar adalah Brazil USD0,34 miliar, Australia USD0,332 miliar, dan China USD0,283 miliar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya