Menko Airlangga Ingin Indonesia Tak Lagi Bergantung pada Pangan Impor

FAO telah mengeluarkan kajian yang menyatakan di masa depan negara-negara dunia akan menghadapi musim panas berkepanjangan.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Jun 2020, 17:57 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2020, 17:53 WIB
Refleksi Akhir Masa Jabatan Anggota MPR, DPR, dan DPD
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto memberikan paparan dalam acara Dialog Refleksi Akhir Masa Jabatan Anggota MPR, DPR, dan DPD RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (10/9/2019). Dialog membahas capaian kinerja DPR, MPR, dan DPD periode 2014-2019. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta Indeks harga pangan dunia periode Januari-Mei 2020 cenderung mengalami penurunan. Mulai dari padi, gandum dan bahan pangan lainnya.

Ini diungkapkan Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. "Penurunan relatif tajam terjadi pada harga gula, minyak nabati dan hasil peternakan," kata Airlangga dalam Webinar di Jakarta, Selasa (16/6/2020).

Dia menuturkan jika organisasi pangan dunia, FAO telah mengeluarkan kajian yang menyatakan di masa depan negara-negara dunia akan menghadapi musim panas berkepanjangan. Beberapa negara-negara ASEAN juga akan mengalami kekeringan seperti India, Thailand dan Vietnam.

Berdasarkan data International Grains Council (IGC) memproyeksikan produksi gandum global terus meningkat sekitar 4,1 persen tahun 2019/2020. Namun pada tahun berikutnya akan mengalami penurunan 0,3 persen di tahun 2020/2021.

Selain itu, data US Department of Agriculture (USDA) International Grains Council (IGC) memproyeksikan produksi padi global pada 2019/2020 menurun -0,4 persen sampai -0,5 persen dibandingkan produksi tahun 2018/2019.

Ancaman krisis pangan di masa pademi ini semakin nyata. India dan Vietnam sebagai negara pengekspor bahan pangan menghentikan ekspornya. "India sudah melarang ekspor. Vietnam juga selama pandemi melarang ekspor," kata Airlangga.

 

 

Jangan Bergantung Impor

Musim Kemarau, Harga Gabah Petani Alami Kenaikan
Petani memisahkan bulir padi dari tangkainya saat panen di sawah yang terletak di belakang PLTU Labuan, Pandeglang, Banten, Minggu (4/8/2019). Kurangnya pasokan beras dari petani akibat musim kemarau menyebabkan harga gabah naik. (merdeka.com/Arie Basuki)

Untuk itu, saat ini dia menilai negara tidak boleh lagi bergantung pada impor bahan pangan. Sebaliknya pemerintah harus mendorong pengadaan kebutuhan pangan dari dalam negeri. "Karena kalau mengandalkan ekspor itu agak sulit," kata dia.

Ketua Umum Partai Golkar ini mengatakan jika melihat daftar harga di tahun 2020, maka akan terjadi demand shock. Sehingga harga komoditas juga turun dan berakibat pada nilai tukar petani.

Maka, pasca pandemi corona ini akan terjadi perubahan globalisasi dan regionalisasi secara keseluruhan. Penting bagi sebuah negara untuk meningkatkan kemandirian secara kuat.

Sebab di masa pandemi ini negara-negara di dunia melakukan revitalisasi produk-produk penting. Bahan pangan yang semula berasal dari negara lain, kini harus dihasilkan sendiri. Termasuk juga produk otomotif dan elektronik untuk tidak lagi bergantung pada China atau India.

"Sehingga tidak bergantung ke China atau India, dan begitu juga untuk elektronik dan otomotif termasuk pangan," dia menandaskan.

Reporter: Anisyah Alfaqir

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya