Jaga Likuiditas Bank, BI Sudah Guyur Pasar Rp 633 Triliun

Bank Indonesia (BI) mencatat kondisi likuiditas dan suku bunga pasar uang tetap memadai

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 16 Jul 2020, 16:40 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2020, 16:40 WIB
Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat kondisi likuiditas dan suku bunga pasar uang tetap memadai. Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebutkan bahwa hal ini ditopang oleh strategi operasi moneter Bank Indonesia.

“Hingga 14 Juli 2020, Bank Indonesia telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sekitar Rp 633,24 triliun, termasuk penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) sekitar Rp 155 triliun dan ekspansi moneter sekitar Rp 462,4 triliun,” artinya dalam video konferensi, Kamis (16/7/2020).

Longgarnya kondisi likuiditas ini tercermin pada rendahnya suku bunga PUAB, yakni di sekitar 4 persen pada Juni 2020. Serta rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tetap besar yakni 24,33 persen pada Mei 2020.

Perry menyebutkan, likuiditas yang memadai serta penurunan suku bunga kebijakan (BI7DRR) turut berkontribusi menurunkan suku bunga perbankan.

“Sejalan dengan penurunan suku bunga PUAB, rerata tertimbang suku bunga deposito dan kredit modal kerja pada Juni 2020 menurun. Yakni dari 5,85 persen dan 9,60 persen pada Mei 2020 menjadi 5,74 persen dan 9,48 persen,” kata orang nomor satu di Bank Indonesia tersebut.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tertahan di Perbankan

Cek Jadwal Kegiatan Operasional dan Layanan Publik BI Selama Mitigasi COVID-19
Ilustrasi Bank Indonesia.

Sementara itu, pertumbuhan besaran moneter M1 dan M2 pada Mei 2020 juga meningkat menjadi 9,7 persen (yoy) dan 10,4 persen (yoy).

“Ekspansi moneter Bank Indonesia yang sementara ini masih tertahan di perbankan, diharapkan dapat lebih efektif mendorong pemulihan ekonomi nasional dengan percepatan realisasi anggaran dan program restrukturisasi kredit perbankan,” pungkas Perry.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya