Orang Terkaya Dunia Sarankan Tegur Saja Orang yang Tak Bermasker, Tapi Begini Kata Ahli

Membuat orang lain paham bahwa kita harus menghadapi virus ini bersama akan lebih berhasil dibandingkan memberi sanksi atau denda.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 03 Agu 2020, 21:00 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2020, 21:00 WIB
Bill Gates ( Foto: CNBC.com)
Bill Gates ( Foto: CNBC.com)

Liputan6.com, Jakarta Saat para pakar kesehatan terus menganjurkan masyarakat untuk mengenakan masker untuk membantu memperlambat penyebaran Covid-19, orang terkaya dunia Bill Gates justru mengajak masyarakat menggunakan cara yang berbeda.

Ia menyarankan masyarakat untuk berani menegur siapa saja yang dilihatnya tidak mengenakan masker. "Daripada memaksa orang memakai masker, yang perlu Anda lakukan saat berada di luar rumah dan melihat orang tak mengenakan masker, tegur saja langsung, bahwa itu salah," ungkap miliarder Gates seperti dikutip dari CNBC, Senin (3/8/2020).

Menurut miliarder ini, membuat orang lain paham bahwa kita harus menghadapi virus ini bersama akan lebih berhasil dibandingkan memberi sanksi atau denda.

"Anda harus menyampaikan pesan ini pada siapa saja dan sayangnya Amerika Serikat belum sampai ke sana," katanya.

Namun demikian, pakar epidemiologi dan profesor di Harvard Medical School Julia Marcus memperigatkan cara tersebut sebagai jalan yang kurang tepat.

Menurut peneliti di pusat penelitian HIV ini, menegur orang lain di mana saja justru dapat menjadi tindakan yang kurang bertanggungjawab atau egois.

"Walau sah-sah saja meminta orang lain mengenakan masker jika Anda memang tidak dapat berjauhan, saya rasa perlu hati-hati menegur orang lain, yang justru bisa jadi membuat orang tersebut semakin abai dan acuh," terang Marcus.

Menurut dia, membuat orang merasa malu setelah ditegur dapat menjadi penghalang yang sangat besar dalam urusan kesehatan publik. Dibandingkan menegur dan mempermalukan orang yang tidak mengenakan masker, Marcus menyarankan cara lain.

"Anda bisa berkata seperti, tolong memakai masker jika Anda berada di sekitar saya," ujarnya.

Itu merupakan salah satu taktik yang juga digunakannya saat mengingatkan orang untuk menggunakan kondom saat krisis AIDS.

Taktik lain yang digunakan adalah dengan memastikan masker selalu tersedia di berbagai tempat seperti toko atau bandara kapanpun masyarakat membutuhkannya.

Sementara itu, profesor hukum yang fokus pada hukum yang menyangkkut kesehatan publik Aziza Ahmed mengatakan, tak apa memberikan sedikit tekanan sosial pada masyarakat. Namun tidak harus begitu pada orang asing yang tak kenal.

"Gagasan yang baik untuk mengingatkan tetangga dan teman memakai masker dan menjaga jarak. Tapi menegur orang lain yang tak dikenal adalah hal berbeda. Orang yang dikenal jelas akan cenderung mendengarkan," tutur Ahmed.

Saksikan video di bawah ini:

Sudah Cerai, Miliarder Filantropis Ini Ditodong Rp 3,9 Triliun oleh Istrinya

Perceraian
(ilustrasi)
Masalah perceraian kadang kerap menghantui sebuah pasangan hingga bertahun-tahun ke depan.
 
Seperti dialami miliarder filantropis Sir Chris Hohn, yang ditagih untuk membayar USD 270 miliar (Rp 3,926 triliun, kurs Rp 14.542 per dollar AS) kepada badan amal milik mantan istrinya.
 
Pengadilan tertinggi Inggris pada Rabu (28/7/2020) kemarin memerintahkan agar badan amal untuk dana investasi anak yang dibawahi Hohn harus menyerahkan uang tersebut kepada badan amal milik istrinya, Big Win Philanthropy.
 
Perselisihan seputar dana amal ini ternyata sudah muncul sejak kedua pasangan resmi bercerai pada 2014.
 
Hohn yang mengelola Children's Investment Fund Foundation (CIFF) ditodong uang USD 337 juta (Rp 4,9 triliun) oleh mantan istrinya Jamie Cooper. Jumlah tersebut merupakan salah satu nilai uang untuk penyelesaian perceraian terbesar yang pernah ada.
 
Adapun CIFF yang didirikan Hohn beserta pasangannya di 2002 merupakan salah satu badan amal terbesar dunia, dengan aset sekitar USD 4 miliar. Lembaga amal itu dibuat untuk membantu anak-anak yang kesulitan di negara berkembang.
 
Perceraian itu membuat kedua pasangan kesulitan untuk mengelola badan amal yang dimiliki bersama.
 
Pasangan tersebut akhirnya sepakat dana USD 270 miliar akan ditransfer kepada badan amal baru milik Cooper, sebagai imbalan atas pengunduran dirinya di CIFF.
 
Kesepakatan itu mewajibkan persetujuan dari jajaran direksi CIFF yang hanya diisi tiga anggota, yakni Hohn, Cooper dan Marko Lehtimaki, salah seorang teman Hohn.
 
Hohn dan Cooper mengundurkan diri dari keputusan itu, dan menyerahkannya kepada Lehtimaki. Pengadilan tertinggi pada Rabu menguatkan putusan sebelumnya bahwa Lehtimaki harus memilih dan mendukung kesepakatan transfer.
 
"Saya sangat bersyukur dengan keputusan Mahkamah Agung. Ini akan memungkinkan Big Win Philanthropy untuk secara signifikan memperluas dukungannya kepada para pemimpin Afrika. Mereka mau meningkatkan kehidupan para anak-anak dan remaja di sana," kata Cooper, seperti dikutip The Guardian, Kamis (30/7/2020).
 
Sementara kuasa hukumnya yakni Matthew Dontzin menggambarkan keputusan tersebut sebagai kemenangan besar.
 
"Ini merupakan kemenangan yang pantas dan telah lama ditunggu Cooper. Dia telah mendedikasikan hidupnya untuk membantu anak-anak kurang mampu di negara berkembang, dan berencana menggunakan uang tersebut untuk melanjutkan misi pentingnya.
 
Di sisi lain, CIFF mengatakan putusan pengadilan tidak berdampak signifikan terhadap pekerjaan lembaga. CIFF menyatakan akan terus meningkatkan kehidupan anak-anak di seluruh dunia.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya