Sri Mulyani Rancang Bantuan Pulsa dan Ponsel untuk Pelajar

Mendikbud Nadiem Makarim mengakui banyak kendala penerapan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) salah satunya mengenai keterjangkauan.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Agu 2020, 14:20 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2020, 14:20 WIB
Belajar Secara Daring di Pinggir Sungai
Siswa kelas 3 SDN II Roda Kota Bogor dan pendamping belajar kelompok secara daring di pinggir sungai Ciliwung, Kampung Kebon Jukut RT 01/10, Babakan Pasar, Kamis (6/8/2020). Belajar di pinggir sungai Ciliwung itu guna mendapatkan jaringan internet yang baik di masa pandemi. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah tengah menggodok skema bantuan pendidikan dalam bentuk pulsa hingga ponsel. Langkah ini diharapkan dapat membantu pelajar dari keluarga miskin selama ini kesulitan melakukan kegiatan pembelajaran secara virtual atau belajar daring.

"Ini jadi tantangan baru yang harus kita pecahkan dan kita sedang bahas dengan kementerian terkait gimana kita bisa bantu keluarga-keluarga ini," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam webinar di Jakarta, Selasa (11/8/2020).

Bendahara Negara ini menyadari, adanya pandemi Covid-19 memberikan tantangan besar untuk sektor pendidikan. Anak-anak sekolah hingga mahasiswa terpaksa harus melakukan aktivitas pembelajarannya secara daring di rumah masing-masing.

"Dan kita sedang membahas gimana kita bisa bantu di mana mereka tidak bisa sekolah, tapi juga tidak bisa akses melalui pembelajaran digital," kata Sri Mulyani.

Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengakui banyak kendala selama penerapan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dilakukan sebagai solusi belajar di tengah Pandemi Covid-19.

"Di masa PJJ ini sangat sulit begitu banyak tantangan yang harus dihadapi banyak sekali guru yang kesulitan mengelola PJJ dan kemudian banyak juga yang terbeban harus melakukan penuntasan kurikulum pelajaran. Terlebih waktu sulit bagi guru-guru memenuhi beban jam belajar," ujar Nadiem saat konferensi pers melalui channel youtube Kemendikbud RI, Jumat (7/8).

Nadiem mengatakan, selain para tenaga pendidik kritikan terhadap PJJ juga datang dari para orang tua murid yang merasa kesulitan dalam mengikuti metode belajar daring. Karena kesibukan kerja maupun kesulitan beradaptasi saat mendampingi anaknya belajar dari rumah.

Selain itu, lanjut ia, ada juga orang tua yang kesulitan memotivasi anak-anaknya untuk belajar, ditambah lagi kesulitan dalam hal memahami materi pelajaran atau kurikulum yang terlihat lebih rumit. Belum lagi meningkatnya stres dan jenuh akibat isolasi yang berkelanjutan serta berpotensi menimbulkan rasa cemas dan depresi pada anak.

 

Upaya Kemendikbud

Belajar Secara Daring di Pinggir Sungai
Siswa kelas 3 SDN II Roda Kota Bogor dan pendamping belajar kelompok secara daring di pinggir sungai Ciliwung, Kampung Kebon Jukut RT 01/10, Babakan Pasar, Kamis (6/8/2020). Belajar di pinggir sungai Ciliwung itu guna mendapatkan jaringan internet yang baik di masa pandemi. (merdeka.com/Arie Basuki)

Sikapi hal tersebut, Nadiem mengatakan bahwa pemerintah melalui Kemendikbud telah melakukan sejumlah upaya, diantaranya program guru berbagi, bimbingan teknis daring, webinar hingga penyediaan kuota internet gratis bagi siswa.

"Relaksasi anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) yang bisa digunakan untuk kuota siswa, peralatan pembelajaran dan untuk peralatan persiapan pembelajaran tatap muka," jelasnya.

Termasuk, Nadiem telah mengusahakan bagi para siswa yang terkendala fasilitas internet untuk bisa mengikuti pelajaran melalui program belajar dari rumah yang disiarkan oleh TVRI dan RRI, serta Rumah Belajar sebagai salah satu platform daring, serta kerja sama dengan mitra lainnya

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya