Harga Minyak Turun Terdampak Badai Besar di Teluk Meksiko

Badai besar melanda Louisiana pada Kamis pagi dengan angin berkecepatan 150 mil per jam. Badai ini mempengaruhi produksi minyak sehingga menekan harga minyak.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 28 Agu 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2020, 08:00 WIB
lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Penurunan ini terjadi karena badai besar di teluk Meksiko menghantam jantung industri minyak AS dan memaksa aktivitas pengeboran dan kilang untuk tutup.

Mengutip CNBC, Jumat (28/8/2020), harga minyak mentah berjangka Brent untuk Oktober, yang kontraknya akan berakhir pada hari Jumat, turun 57 sen atau 1,3 persen menjadi USD 45,10 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate ditutup melemah 35 sen atau 0,8 persen menjadi USD 43,04 per barel.

Badai besar melanda Louisiana pada Kamis pagi dengan angin berkecepatan 150 mil per jam. Badai ini merusak bangunan, merobohkan pohon, dan memutus aliran listrik ke lebih dari 400 ribu orang di Louisiana dan Texas. Dampak dari badai ini adalah banjir.

Pada produsen minyak telah menutup aktivitas mereka sejak Selasa lalu. Dalam hitungannya, terdapat penurunan produksi hingga 1,56 juta barel per hari (bpd). Angka ini 84 persen dari produksi Teluk Meksiko. Tentu saja hal ini mempengaruhi harga minyak.

Badai ini membuat evakuasi terhadap 310 fasilitas minyak dan gas di lepas pantai.

"Di satu sisi, penutupan kilang mengurangi permintaan minyak mentah, tetapi pada saat yang sama produksi Teluk Meksiko ditutup," kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston.

Exxon Mobil Corp sedang menghubungi karyawan kilang minyak dan pabrik kimia di Beaumont, Texas, dan mempersiapkan penghitungan awal kerusakan. Pabrik besar di Beaumont adalah salah satu dari enam pabrik di sepanjang garis penyulingan Gulf Coast yang ditutup minggu ini menjelang badai.

"Orang-orang ini telah melalui latihan ini berkali-kali," kata Jennifer Rowland, analis senior di Edward Jones di St. Louis.

"Mereka tahu cara menutup unit-unit itu dan mengoperasikan kembali dalam beberapa hari. Seharusnya tidak berdampak besar," tambahnya.

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan video pilihan berikut ini:

Perdagangan Sebelumnya

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Harga minyak stabil pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta), tertekan oleh kekhawatiran tentang prospek permintaan selama pandemi virus corona. Namun demikian harga minyak memiliki prospek untuk meningkat karena produsen AS menutup produksinya di Teluk Meksiko menjelang Badai Laura.

Kekhawatiran baru atas pandemi COVID-19, yang telah menekan permintaan dan mengirim harga minyak ke rekor terendah pada bulan April, mengurangi sentimen pasar setelah laporan pasien yang terinfeksi kembali pada pekan ini, meningkatkan kekhawatiran tentang kekebalan di masa depan.

 

Dikutip dari CNBC, Kamis (27/8/2020), harga minyak mentah Brent turun 22 sen menjadi USD 45,64 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate menetap 4 sen lebih tinggi pada USD 43,39 per barel. Kedua benchmark ditutup pada level tertinggi lima bulan pada perdagangan Selasa.

Industri energi AS sedang bersiap menghadapi Badai Laura, yang diperkirakan akan mendarat di sepanjang Pantai Teluk Rabu malam atau Kamis pagi. Dampaknya, sembilan pabrik pemrosesan minyak yang mengubah hampir 2,9 juta barel per hari minyak menjadi bahan bakar, dan menyumbang sekitar 15 persen dari pemrosesan AS ditutup.

Produsen minyak pada Selasa telah mengevakuasi 310 fasilitas minyak lepas pantai dan menutup 1,56 juta barel per hari (bpd) produksi minyak mentah, 84 persen dari produksi lepas pantai Teluk Meksiko.

“Pedagang minyak akan disibukkan dengan badai hari ini. Setelah bahaya berlalu, pertimbangan permintaan akan menjadi fokus lagi,"  kata Tamas Varga dari broker PVM.

Menjelang badai, ekspor minyak mentah pekan lalu naik terbesar sejak Februari 2019 menjadi hampir 3,4 juta barel per hari, data Administrasi Informasi Energi AS menunjukkan pada Rabu.

"Orang-orang ini sadar bahwa badai sedang datang dan mereka akan berusaha mengeluarkan minyak mentah sebanyak mungkin dari sini secepat mungkin," kata Bob Yawger, Direktur Masa Depan Energi di Mizuho.

Sementara itu, persediaan minyak mentah AS turun 4,7 juta barel dalam sepekan hingga 21 Agustus, dibandingkan dengan ekspektasi analis untuk penurunan 3,7 juta barel, kata EIA.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya