Hadapi Perubahan Iklim, Petani Kakao Bisa Terapkan 6 Strategi Ini

Penerapan enam strategi dalam menghadapi perubahan iklim diharapkan membuat tanaman kakao mampu bertahan hidup dalam menghadapi musim penghujan maupun pada kondisi ekstrem.

oleh Gilar Ramdhani pada 09 Sep 2020, 16:04 WIB
Diperbarui 09 Sep 2020, 16:04 WIB
Hadapi Perubahan Iklim, Petani Kakao Bisa Terapkan 6 Strategi Ini
Petani Kakao.

Liputan6.com, Jakarta Perubahan iklim yang kerap kali dibarengi munculnya organisme pengganggu tumbuhan (OTP) masih menjadi momok petani. Bahkan, untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengimbau dan mendorong jajarannya lebih sigap melakukan antisipasi perlindungan tanaman pada sektor pertanian maupun sub sektor perkebunan.

“OPT menjadi tantangan yang harus dihadapi petani dalam meningkatkan produksi dan produktivitas usaha pertanian. Sehingga, perlindungan tanaman sangat penting dilakukan untuk menjaga ketersediaan komoditas  pertanian dan perkebunan,” kata Syahrul.

Kepala Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Ambon, Azwin Amir mengatakan hal senada. Menurut Azwin, potensi serangan OPT dan cuaca ekstrem bisa saja terjadi sewaktu-waktu dan berdampak pada areal perkebunan kakao. Antisipasinya  ada enam strategi yang dapat dilakukan petani kakao dalam menghadapi perubahan iklim.

Menurut Azwin, penerapan enam strategi dalam menghadapi perubahan iklim diharapkan membuat tanaman kakao mampu bertahan hidup dalam menghadapi musim penghujan maupun pada kondisi ekstrem.

“Strategi ini akan menekan populasi OPT, sehingga petani akan mampu meningkatkan produktivitas tanamannya,” ujar Azwin, di Jakarta, Selasa (8/9).

Adapun enam strategi yang dapat dilakukan petani kakao dalam menghadapi perubahan iklim, antara lain :

1. Sanitasi dan rehab kebun. Langkah ini dapat dilakukan melalui emangkasan serta pemanenan buah matang/ panen sering dan pemetikan buah busuk. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan rehabilitasi tanaman melalui teknik sambung samping untuk tanaman kakao yang produktivitasnya sudah menurun atau tidak termasuk klon unggul.

2. Irigasi dan bak penampung. Khusus pembuatan bak penampung dilakukan apabila tidak ada tempat pembuangan akhir saluran irigasi (sungai).

3. Rorak dan istana cacing. Keduanya merupakan galian yang dibuat di sebelah pokok tanaman untuk menempatkan bahan organik dan dapat berfungsi sebagai lubang drainase. Rorak dimanfaatkan untuk mengumpulkan bahan organik yang apabila sudah cukup waktunya akan dimanfaatkan sebagai kompos, digali lalu ditaburkan ke piringan tanaman. Sedangkan istana cacing tidak perlu digali untuk diambil komposnya dan ditaburkan ke permukaan, kompos tetap di bawah permukaan tanah dan dimanfaatkan secara alami oleh akar tanaman.

4. Penanaman tanaman sela. Pemilihan dan pengkombinasian tanaman sela berhubungan erat dengan karakteristik tanah, periode tanam kakao (umur tanaman), jarak tanam kakao, peluang pasar dan pilihan pangan petani. Penanaman tanaman sela berguna sebagai nilai tambah bagi ekonomi dan menarik petani untuk bersemangat merawat kebunnya.

5. Pemupukan organik yang mengandung agens pengendali hayati (APH). Pekebun bisa memanfaatkan penggunaan agens pengendali hayati yakni sebagai penyuplai unsur hara dan menekan populasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT).

6. Perangkap sederhana dan ramah lingkungan. Pembuatan perangkap  dilakukan di penghujung musim hujan untuk persiapan menghadapi awal musim kemarau. Mengingat serangan hama biasanya menurun sepanjang musim penghujan.

 

(*)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya