Konsumi Kopi Dunia Diperkiran Meningkat hingga Lima Persen

Kepala Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri), Tri Joko Santoso mengatakan, karena konsumsinya meningkat, maka di tingkat global akan terjadi defisit kopi.

oleh nofie tessar diperbarui 24 Okt 2020, 15:30 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2020, 15:30 WIB
Kementerian Perkebunan
Kopi masih dalam bentuk buah ceri.

Liputan6.com, Jakarta Komoditas kopi di tanah air sudah dikenal sejak jaman Belanda, sampai saat ini. Konsumsi kopi dunia kurun 2-3 tahun ke depan diperkirakan akan meningkat 2-5 persen.

Kepala Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri), Tri Joko Santoso mengatakan, karena konsumsinya meningkat, maka di tingkat global akan terjadi defisit kopi. Hal tersebut dikarenakan, budidaya kopi di tingkat petani atau korporasi banyak mengalami tantangan saat ini.

“Salah satunya adalah perubahan iklim yang sangat berpengaruh terhadap pengembangan budidaya kopi. Terjadinya iklim yang ekstrim akan memicu peningkatan serangan hama dan penyakit. Saat ini yang iklimnya cenderung hangat akan memicu serangan hama dan penyakit lebih kondusif,” kata Joko Santoso, dalam sebuah webinar di Jakarta, Jumat (23/10).

Joko juga mengatakan, meskipun di Indonesia banyak petani tanaman kopi, khususnya di Jawa, Sumatera dan Indonesia Timur, namun masih banyak tantangan yang harus dihadapi petani. Seperti di Sumatera, sejumlah lahan kopi beralih fungsi menjadi lahan sawit.

“Selain luas lahan terus berkurang, banyak tanaman kopi yang sudah tua sehingga produktivitasnya rendah. Petaninya pun sudah berumur, sehingga harus mendorong petani milenial terjun di agribisnis ini,” katanya.

Banyaknya tanaman kopi yang sudah tua, lanjut Joko, diperlukan peremajaan kopi yang membutuhkan bibit unggul dan biaya tak sedikit. Pengelolaan budidaya kopi  ke depan harus lebih inovatif dengan mengembangkan korporasi dari hulu hingga hilir.

“Selain inovatif, diperlukan budidaya kopi yang berkelanjutan,” ujarnya.

Joko juga menilai, agribisnis kopi ke depan masih sangat menguntungkan dan pasarnya pun makin terbuka. Mengapa demikian? Menurut Joko, penikmat kopi saat ini sudah bergeser. Artinya, kopi tak hanya dinikmati orang tua. Anak-anak milenial saat ini juga banyak yang meminati kopi.

“Anak-anak muda banyak yang terjun membuka  atau kedai kopi kurun tiga tahun terakhir. Bahkan, di masa pandemik covid 19, kedai-kedai kopi yang dikelola anak-anak muda makin menggeliat," ujarnya.

Dalam berbagai kesempatan, Dirjen Perkebunan Kementan, Kasdi Subagyono mengatakan, komoditas kopi menjadi salah satu dari tujuh komoditas perkebunan yang akan ditingkatkan produksi dan produktivitasnya sepanjang tahun 2020. Karena itu, Ditjen Perkebunan Kementan selalu mendorong petani dan kelompok tani menjaga konsistensi kualitas produk kopi yang dikembangkannya.

“Kami juga berharap perlu penekanan pada prinsip budidaya kopi keberlanjutan lingkungan dalam penanaman sampai panen kopi, dan pasca panen,” kata Kasdi.

Hal senada juga diungkapkan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Dedi Junaedi. Menurut Dedi,  ditengah kondisi perekonomian Indonesia yang defisit 5,32 persen, sub sektor perkebunan tumbuh positif  dan menjadi jaminan pemulihan ekonomi nasional dari sektor pertanian. Tercatat PDB sektor pertanian tumbuh 16,24 persen pada triwulan II tahun 2020.

“Dari sisi volume ekspor  kopi saat ini mengalami peningkatan sebesar 12 persen jika dibandingkan triwulan II tahun 2019. Ini menjadi angin segar bagi pengembangan komoditas perkebunan Indonesia, khususnya kopi,” kata Dedi.

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya