Liputan6.com, Jakarta - Bayang-bayang resesi semakin menguat jelang pengumuman pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Bagaimana tidak, hampir semua prediksi sepakat pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali terkontraksi, setelah pada kuartal sebelumnya mencatatkan angka negatif 5,32 persen.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun tak memungkiri jika Indonesia kemungkinan besar bakal jatuh ke lubang resesi. Menurut perkiraannya, pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal III 2020 akan minus 3 persen.
Kendati demikian, Jokowi menyatakan bahwa pencapaian tersebut dalam tren positif, karena secara angka lebih baik dibanding kuartal sebelumnya. Selain itu, ia juga mengklaim kondisi Indonesia masih lebih baik dibandingkan negara lain.
Advertisement
"Dan ini memang kalau dibanding negara lain jauh lebih baik. Tapi ini patut kita berikan tekanan untuk kuartal keempat (2020)," kata Jokowi, seperti dikutip Kamis (5/11/2020).
Sikap tenang juga tampak dipancarkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini pun optimis Eko Omi Indonesia di triwulan ketiga tahun ini mampu tumbuh lebih baik.
"Insya Allah kuartal III ekonomi lebih baik walau kita masih negatif. Tetapi trennya sudah membaik," tegas dia.
Sri Mulyani mengatakan, perbaikan ekonomi di kuartal III 2020 ini tak lepas dari upaya keras pemerintah untuk meningkatkan serapan program pemulihan ekonomi nasional (PEN). Alhasil, ia meyakini itu bakal berdampak positif pada kuartal IV 2020. diperkirakan apda kuartal ini Indonesia sudah bisa keluar dari jurang resesi.
"Mudah-mudahan segera ke nol (persen) atau bahkan positif ekonomi kita. Sehingga recovery secara terus menerus harus kita jaga," imbuhnya.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Status Resesi Tak Berpengaruh
Optimisme Jokowi dan Sri Mulyani juga diamini oleh ekonom senior sekaligus Direktur Riset Centre of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah Redjalam.
Piter berpendapat, status resesi ini tidak akan banyak memberikan pengaruh pada Indonesia. Pasalnya, krisis ekonomi sudah dirasakan selama lebih dari 8 bulan sejak pandemi Covid-19 berlangsung.
"Menurut saya, resesi tidak berdampak ke depan. Karena kejadian ya sudah berlalu. Perekonomian kita ke depan lebih dipengaruhi oleh kondisi kita di waktu yang akan datang, khususnya terkait pandemi," ujar Piter.
Senada, Ekonom Bank Permata Josua Pardede menganggap, perekonomian nasional pada triwulan ketiga tahun ini masih jauh lebih positif dibanding periode sebelumnya. Ini terbantu berkat pulihnya konsumsi rumah tangga di kuartal III 2020.
"Meskipun konsumsi masih terkontraksi pada kuartal III 2020, namun tidak sedalam kontraksi pada kuartal II 2020. Hal ini dipengaruhi oleh kebijakan PSBB transisi di berbagai daerah di Indonesia yang mendorong peningkatan pada pergerakan masyarakat, meskipun situasinya belum kembali ke level normal," tuturnya.
Advertisement