Gubernur BI Perry Warjiyo: Sudah Saatnya Perbankan Turunkan Bunga dan Salurkan Kredit

Perry memastikan bahwa likuiditas tetap longgar untuk mendukung penyaluran kredit perbankan.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 03 Des 2020, 14:15 WIB
Diterbitkan 03 Des 2020, 14:14 WIB
BI Tahan Suku Bunga Acuan 6 Persen
Gubernur BI Perry Warjiyo memberikan penjelasan kepada wartawan di Jakarta, Kamis (20/6/2019). RDG Bank Indonesia 19-20 Juni 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI7DRR sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memastikan bahwa Bank Indonesia berperan aktif mendukung pemulihan ekonomi nasional. Sejauh ini sudah terdapat beberapa kebijakan di sektor moneter atau stimulus moneter. bahkan, Perry memastikan bahwa stimulus tersebut akan berlanjut di 2021.

Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain ditempuh melalui stabilitas nilai tukar rupiah sesuai fundamental dan mekanisme pasar yang tetap dijaga. Lalu, suku bunga yang akan tetap rendah, sampai dengan muncul tanda-tanda tekanan inflasi meningkat. Suku bunga kebijakan BI saat ini tercatat 3,75 persen, terendah dalam sejarah.

Perry juga memastikan bahwa likuiditas tetap longgar untuk mendukung penyaluran kredit perbankan. BI melakukan kuantitatif easing sebesar Rp 682 triliun atau 4,4 persen PDB, yang merupakan stimulus moneter terbesar di antara emerging market.

“Sudah saatnya perbankan segera menurunkan suku bunga dan menyalurkan kredit sebagai komitmen bersama untuk pemulihan ekonomi nasional,” kata Perry dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2020: Bersinergi Membangun Optimisme Pemulihan Ekonomi, Kamis (3/12/2020).

BI juga masih akan melanjutkan pembelian SBN dari pasar perdana untuk pembiayaan APBN Tahun 2021 sebagai pembeli siaga (non-competitive bidder). “Sementara pembelian SBN secara langsung hanya berlaku untuk APBN 2020,” kata Perry.

Untuk pembiayaan APBN 2020, BI telah membeli SBN dari pasar perdana (SKB 16 April2020) Rp 72,5 triliun. Lalu pembelian SBN secara langsung serta menanggung seluruh pendanaan public goods (SKB 7 Juli 2020) Rp 297,03 triliun.

Sehingga secara total, Perry mencatat BI telah membeli SBN untuk APBN 2020 sebesar 369,5 triliun. Selain itu, BI juga menanggung sebagian beban untuk non public goods UMKM (SKB 7 Juli) sebesar Rp 114,81 triliun

“Ini wujud komitmen yang tinggi dari BI untuk pemulihan ekonomi nasional meski berdampak besar pada neraca Bank Indonesiamulai 2021 dan tahun tahun berikutnya,” pungkas dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:


BI Turunkan Suku Bunga Acuan Jadi 3,75 Persen

BI Turunkan Suku Bunga Acuan ke 5,25 Persen
Gubernur BI Perry Warjiyo (tengah) didampingi DGS Destry Damayanti (kiri) dan Deputi Gubernur Erwin Rijanto (kanan) memberi keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Kantor BI, Jakarta, Kamis (19/9/2019). BI menurunkan suku bunga acuan BI7DRR menjadi 5,25 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 18-19 November 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen persen.

Keputusan ini menghentikan penahanan suku bunga acuan sebesar 4 persen selama beberapa bulan terakhir. Jika dihitung sejak awal 2020, BI telah memangkas 7-Day Reverse Repo Rate sebanyak 125 basis poin.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, dengan mempertimbangkan evaluasi serta perkiraan ekonomi domestik dan global, pihaknya juga memutuskan untuk menurunka suku bunga deposit facility dan lending facility.

"Keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 18-19 November 2020, memutuskan untuk menurunkan BI-7DRR sebesar 25 basis poin jadi 3,75 persen. Suku bunga deposito facility sebesar 25 basis poin jadi 3 persen, dan suku bunga lending facility 25 basis poin menjadi 4,5 persen," jelasnya, Kamis (19/11/2020).

Menurut Perry, keputusan ini konsisten dengan perlunya menjaga stabilitas eksternal di tengah inflasi yang diperkirakan akan tetap rendah.

BI disebutnya menekankan jalur kuantitas melalui penyediaan likuiditas untuk dorong pemulihan ekonomi nasional dari dampak pandemi.

"Keputusan ini mempertimbangkan perkiraan inflasi tetap rendah, dan langkah lanjutan untuk percepat pemulihan ekonomi nasional. Bank Indonesia tetap komitmen sediakan dukungan stabilitas dan dukung percepatan pemulihan ekonomi nasional," ujar Perry.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya