Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah gencar mencanangkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) untuk mengganti energi fosil berupa minyak dan gas bumi. Saat ini, kebutuhan gas dan listrik terus meningkat, ditambah dengan rencana pemerintah membangun ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia.
Menurut hasil kajian Pertamina Energy Institute (PEI), Kebutuhan listrik diproyeksi akan terus meningkat, bahkan mencapai 4,5 persen per tahun. Melihat potensi tersebut, apakah Pertamina akan mengubah fokus bisnisnya dan menjajal berbisnis listrik?
Baca Juga
Vice President Pertamina Energi Institute (PEI) Hery Haerudin mengatakan, sebenarnya, Pertamina sudah mengembangkan bisnis listrik sejak tahun 1980-an.
Advertisement
"Pertamina itu bukan akan, tapi sudah sejak lama bisnis listrik, bahkan pembangkit listrik dengan tenaga biothermal dimiliki Pertamina sejak tahun 1980-an, tahun 1984 atau 1987, jadi bukan bisnis baru," jelas Heru dalam webinar, Selasa (8/12/2020).
Heru bilang, Pertamina juga memiliki subholding yang khusus berbisnis dalam bidang ketenagalistrikan, yaitu PT Pertamina Power Indonesia. Pertamina juga bahkan turut serta dalam pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik dengan menjadi bagian dari holding baterai.
"Pertamina juga terlibat dalam bisnis baterai di Indonesi, jadi ekosistem baterai dikembangkan bersama dengan MIND ID dan PLN dari hulu ke hilir," ujar Heru.
Dirinya mengatakan, Pertamina turut aktif dalam mendukung rencana pemerintah dalam mengembangkan EBT ke depan. Pada tahun 2025, Indonesia ditargetkan memiliki bauran EBT sebesar 23 persen.
"Jadi ini bukan hal yang baru buat Pertamina dan Pertamina komitmen untuk ikut serta dalam bisnis ini, dalam EBT. Terutama sejalan dengan komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca," kata Heru.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
MIND ID Bakal Bentuk Sub Holding Industri Baterai
Holding BUMN Pertambangan MIND ID atau Inalum akan segera membentuk sub holding industri baterai atau Indonesia Battery Holding (IBH).
Holding ini terdiri atas MIND ID, Aneka Tambang (Antam), PLN dan Pertamina yang bertugas mendorong pengembangan industri baterai untuk kendaraan listrik.
Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Senin, mengatakan saat ini Antam dan Pertamina, tengah melakukan negosiasi lanjutan dengan dua investor global.
Dua perusahaan global tersebut yakni perusahaan baterai Korsel, LG Chem dan pabrikan China, Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL).
"Diharapkan awal tahun depan, kesepakatan dengan calon mitra di dalam value chain baterai ini, baik dari tambang sampai battery pack hingga masuk daur ulangnya itu bisa kita sepakati," katanya seperti dikutip dari Antara, Senin (7/12/2020).
Orias menjelaskan Antam telah melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) kesepakatan awal dengan konsorsium CBL dari China yang dipimpin oleh CATL.
Disaat yang bersamaan, LG Chem juga telah melakukan penandatanganan kesepakatan melalui pemerintah untuk kerja sama serupa.
Ada pun IBH atau sub holding industri baterai listrik, lanjut Orias, hingga saat ini belum dibentuk meski sudah ada surat penugasan Menteri BUMN sebagai dasar pembentukannya.
"Pendirian holding baterai saat ini belum terjadi, dalam arti belum ada satu PT yang dibentuk. Tapi secara sendiri-sendiri sesuai penugasan yang disampaikan Menteri BUMN, Antam melanjutkan dengan CBL dan Pertamina memimpin negosiasi untuk LG Chem. Jadi ini pembagian tugas sesuai arahan Menteri BUMN supaya bisa berjalan dengan cepat rencana holding baterai ini dan juga rencana kerja sama dengan mitra-mitra asing," katanya.
Berdasarkan surat penugasan Menteri BUMN, MIND ID, Antam, Pertamina dan PLN merupakan empat pemegang saham utama Indonesia Battery Holding (IBH).
Dalam pembentukan sub holding industri baterai, Menteri BUMN telah menunjuk Komisaris Utama MIND ID sebagai pelaksana untuk persiapan masuk ke industri baterai listrik.
"Kami juga terbuka untuk mitra domestik maupun asing masuk ke dalam JV (joint venture) dan JV tersebut dapat dibentuk pada mitra dengan tiap nilai rantai atau value chain dari industri baterai yang terintegrasi sejak tambang sampai baterai," katanya.
Ada pun dua metode untuk JV boleh diajukan secara langsung oleh BUMN atau secara langsung anak perusahaan oleh BUMN dengan IBH.
Sementara itu, Direktur Utama Antam Dana Amin mengatakan proses negosiasi dengan investor baterai listrik global terus berlangsung dan membutuhkan dukungan dari semua pihak. Harapannya, pada awal tahun depan bisa ada progres kesepakatan yang signfikan bagi pengembangan baterai kendaraan listrik itu.
Antam sendiri, lanjut Dana, akan memasok bahan baku dalam industri baterai kendaraan listrik.
"JV dengan investor baterai ini memang dimulai dengan kepemilikan aset tambang nikel yang ada di Antam. Aset-aset tambang nikel yang dimiliki Antam cukup untuk kita gunakan untuk membawa Indonesia masuk ke industri baru yang kita sebit industri mobil listrik dunia," pungkas Dana.
Advertisement