Liputan6.com, Jakarta - Sudah satu tahun pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Seluruh sektor mengalami dampak tekanan yang luar biasa. Mulai dari kesehatan, sosial, hingga merambat ke ekonomi.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso mengatakan, pandemi Covid-19 menjadi krisis yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Bahkan semua negara juga tengah mencari solusi yang tepat untuk mengatasi virus asal China tersebut.
"Setelah setahun ini, dari sisi ekonomi, hampir semua sektor terdampak signifikan," kata dia dalam dalam Penandatanganan Nota Kesepahaman dan Peluncuran Peta Okupansi Nasional Bidang Logistik dan Supply Chain, di Kantornya, Jakarta, Selasa (9/3).
Advertisement
Dia mengatakan, kontraksi ekonomi Indonesia paling terasa di kuartal II-2020. Saat itu ekonomi dometik turun tajam yakni minus 5,32 persen. Pertumbuhan itu menjadi yang terburuk sejak beberapa tahun terakhir.
"Kontraksi paling dalam adalah di kuartal II dan yang paling terdampak adalah sektor yang mengandalkan pergerakan orang," jelasnya.
Namun, ada hikmah yang luar biasa dari pandemi Covid-19. Banyak cara melakukan aktivitas ekonomi yang mau tidak mau harus berubah. Bahkan meski ada vaksin, protokol kesehatan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.
"Mudah-mudahan vaksinasi di akhir tahun tercapai dan kekebalan komunal bisa terjadi," tandasnya.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Setahun Corona Covid-19, Pengunjung Mal di Jakarta Tak Pernah Melebihi 40 Persen
Sudah setahun pandemi Corona Covid-19 melanda Indonesia. Alhasil, jumlah pengunjung mal ibu kota ikut terdampak pandemi ini.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonsus Widjaja membeberkan jika hingga saat ini, belum ada lonjakan berarti pada jumlah pengunjung mal.
Tercatat jika dari data APPBI, batas maksimal tingkat okupansi pusat perbelanjaan wilayah Jakarta hanya mencapai level 40 persen.
"Tingkat kunjungan sampai dengan saat ini masih datar - datar saja, yaitu sekitar 30 persen sampai 40 persen," singkatnya saat dihubungi Merdeka.com, Minggu (7/10/2021).
Bos APPBI ini mengungkapkan, rendahnya tingkat okupansi mal di wilayah Jakarta ini tak lepas dari implementasi berbagai kebijakan pembatasan sosial untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19, yang turut membatasi aktivitas masyarakat.
Alhasil, jumlah kunjungan ke mal menjadi sepi. Kendati demikian, dipastikan tingkat kunjungan mal di luar wilayah ibu kota terbilang lebih baik. Menyusul lebih longgarnya penerapan kebijakan pembatasan sosial di masa kedaruratan kesehatan ini.
"Untuk (mal) yang di luar DKI Jakarta lebih baik sedikit, karena tidak banyak pembatasan seperti yang terjadi di DKI Jakarta," tutur dia.
Advertisement
Kondisi di Malam Tahun Baru
Sebelumnya, Alphonsus Widjaja, menyebut jumlah pengunjung mal ibu kota saat pergantian malam Tahun Baru 2021 hanya mencapai 30 persen. Alhasil jumlah ini sama dengan kunjungan saat akhir pekan.
"Ada peningkatan tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan sekitar 20 sampai 30 persen. Tapi kurang lebih sama seperti pada saat weekend atau akhir pekan biasanya," ujar dia saat dihubungi Merdeka.com, Sabtu (2/1).
Alphonzus menyebut rendahnya kenaikan pengunjung mal di malam pergantian tahun ini tak lepas dari belum pulihnya daya beli masyarakat. Kemudian juga diperparah oleh aturan pengurangan jam operasional mal saat malam pergantian tahun 2021.
"Rendahnya kunjungan ini ada pengaruh dari daya beli. Dan aturan pembatasan operasional mal yang juga turut mengurangi mobilitas orang," kata dia mengakhiri.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com