Harga Minyak Naik Tipis Meski Ada Kekhawatiran Pelemahan Permintaan

Harga minyak Brent dan WTI turun lebih dari 6 persen pada perdagangan minggu lalu setelah membuat keuntungan selama berbulan-bulan.

oleh Andina Librianty diperbarui 23 Mar 2021, 08:00 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2021, 08:00 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mampu bergerak positif meskipun hanya tipis karena harapan permintaan di akhir tahun pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Namun harga minyak masih tetap tertekan kekhawatiran akan aksi lockdown di Eropa.

Mengutip CNBC, Selasa (23/3/2021), harga minyak mentah Brent naik 6 sen atau 0,1 persen menjadi USD 64,59 per barel. Sementara harga minyak AS untuk pengiriman April naik 13 sen menjadi USD 61,55 per barel.

Sedangkan harga minyak mentah berjangka AS untuk pengiriman Mei yang lebih aktif diperdagangkan, naik 14 sen atau 0,2 persen menjadi USD 61,58 per barel.

Kedua kontrak minyak tersebut turun lebih dari 6 persen pada perdagangan minggu lalu setelah membuat keuntungan selama berbulan-bulan didukung oleh penurunan produksi dan pemulihan permintaan yang diharapkan.

"Harga minyak mengalami minggu terburuk tahun ini karena kekhawatiran atas kasus Covid-19 yang meningkat di seluruh Eropa," kata bank Belanda ING dalam sebuah catatan.

"Ini terjadi saat ada tanda-tanda yang jelas dari kelemahan di pasar fisik minyak." tulis cacatan tersebut.

Pasar fisik berada di bawah tekanan karena penyuling di seluruh dunia, termasuk China dan Amerika Serikat, memulai aktivitas pemeliharaan.

Musim pemeliharaan kilang China akan mencapai puncaknya pada Mei dan mulai meruncing pada Juni, menghilangkan beberapa pembelian minyak mentah seperti dari Afrika Barat.

Hampir sepertiga orang Prancis memasuki penguncian selama sebulan mulai hari Sabtu, sementara Jerman berencana untuk memperpanjang pengunciannya menjadi bulan kelima.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memperingatkan pada hari Senin bahwa gelombang ketiga infeksi Covid-19 yang melanda seluruh Eropa dapat menuju ke Inggris.

“Kampanye vaksinasi belum secepat yang diharapkan pasar dan akibatnya hal ini akan berdampak pada pemulihan permintaan, yang pada gilirannya mengganggu harga minyak,” kata analis pasar minyak di Rystad Energy, Louise Dickson.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Perdagangan Sebelumnya

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Harga minyak naik lebih dari 2 persen dalam perdagangan Jumat (Sabtu waktu Jakarta). Hal ini setelah gelombang baru infeksi Covid-19 di seluruh Eropa mengurangi ekspektasi pemulihan permintaan bahan bakar.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (20/3/2021), harga minyak mentah Brent ditutup naik 1,98 persen pada USD 64,53 per barel. Sementara harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) naik 2,37 persen menjadi USD 61,42 per barel. Keduanya diperdagangkan dalam kisaran luas lebih dari USD 2 per barel pada hari Jumat.

Pada Kamis pekan ini, harga minyak sempat turun sekitar 7 persen karena beberapa negara besar Eropa memberlakukan kembali penguncian dan program vaksinasi diperlambat oleh masalah distribusi dan kekhawatiran atas potensi efek samping.

“OPEC akan lebih mengkhawatirkan COVID, jadi ini meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan memperpanjang pengurangan produksi lagi, dan dengan penurunan tajam harga minyak, hal itu dapat mengurangi insentif produsen minyak serpih AS untuk maju. ski mereka," kata Phil Flynn, Analis Senior di Price Futures Group di Chicago. 

Pengebor AS menambahkan sembilan rig minyak dalam minggu ini, kenaikan mingguan terbesar sejak Januari 2021. Pada 318 rig, jumlah tersebut merupakan yang tertinggi sejak Mei, kata perusahaan jasa minyak Baker Hughes.

Sementara itu, kekhawatiran tentang peluncuran vaksin juga membatasi keuntungan pasar.

Jerman, Prancis dan negara-negara lain telah mengumumkan dimulainya kembali inokulasi dengan suntikan AstraZeneca setelah regulator menyatakan bahwa vaksin aman. Sebelumnya penghentian program tersebut telah mempersulit untuk mengatasi resistensi terhadap vaksin di antara beberapa populasi.

Inggris juga mengumumkan akan memperlambat peluncuran vaksin COVID-19 bulan depan karena penundaan pasokan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya