Imbas Pandemi, Ekonomi dan Keuangan Syariah Global Terkontraksi Minus 8,1 Persen

Sektor ekonomi dan keuangan syariah global tahun 2020 terkontraksi hingga minus 8,1 persen (yoy) dibandingkan tahun 2019

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Mar 2021, 13:40 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2021, 13:40 WIB
Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Sektor ekonomi dan keuangan syariah global tahun 2020 terkontraksi hingga minus 8,1 persen (yoy) dibandingkan tahun 2019. Sektor ini di tahun 2020 hanya mencatatkan kinerja USD 1,86 triliun, lebih rendah dari tahun 2019 yang bisa mencapai USD 2,02 triliun.

"Ekonomi dan keuangan syariah global terkontraksi sebesar minus 8,1 persen (yoy), hingga mencapai USD 1,86 triliun dari USD 2,02 triliun pada 2019," tulis Bank Indonesia dalam Buku Laporan Ekonomi dan Keuangan Syariah 2020, Jakarta, Rabu (31/3/2021).

Kondisi ini dipicu konsumsi masyarakat muslim di dunia tahun lalu turun signifikan. Dalam tataran ekonomi dan keuangan syariah global, sektor yang terdampak paling besar adalah sektor pariwisata ramah muslim (PRM). Secara tahunan sektor ini terkontraksi hingga minus 70 persen.

Lalu diikuti sektor fesyen muslim yang turun sebesar minus 2,9 persen. Sedangkan sektor makanan halal diperkirakan akan mengalami kontraksi yang terkecil, yaitu sebesar minus 0,2 persen.

Hal yang hampir sama juga dialami oleh ekonomi dan keuangan syariah domestik. Meski dengan kontraksi yang lebih moderat, sektor makanan halal nasional tetap tumbuh positif mencapai 1,58 persen (yoy).

Pandemi Covid-19 telah menyebabkan meningkatnya pengangguran dan kemiskinan. Ketimpangan sosial pun makin melebar.

Menurut estimasi International Labour Organization (ILO), global working hour losses akibat pandemi pada 2020 empat kali lebih besar dibandingkan yang disebabkan oleh krisis keuangan global pada 2009.

Bank Dunia, juga memperkirakan pandemi Covid-19 telah menyebabkan tren penurunan kemiskinan selama dua dekade terakhir berbalik arah menjadi peningkatan.

Peningkatan ini juga telah menyebabkan melebarnya ketimpangan secara global, baik di negara maju, emerging market maupun di negara berkembang. Hal yang sama juga dialami oleh Indonesia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pengangguran Meningkat

Job Fair
Sejumlah pencari kerja memadati arena Job Fair di kawasan Jakarta, Rabu (27/11/2019). Job Fair tersebut digelar dengan menawarkan lowongan berbagai sektor untuk mengurangi angka pengangguran. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Persentase pengangguran terbuka atau angkatan kerja yang sama sekali tidak mempunyai pekerjaan meningkat pada paruh kedua 2020 di seluruh wilayah Indonesia, terutama di Jawa.

Jumlah penduduk miskin di Indonesia yang sebelumnya secara umum terus menurun, meningkat tajam pada 2020. Bahkan pertumbuhannya mencapai 11,2 persen secara tahunan.

"Perkembangan ini memperlihatkan urgensi kebijakan yang dapat mendorong pemulihan ekonomi secara inklusif," tulis Bank Indonesia.

Anisyah Al Faqir

Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya