Prihatin Kondisi BUMN Karya, Dahlan Iskan Berharap SWF Segera Berjalan

Sebenarnya, BUMN karya memiliki sumber dana murah yang bisa 'menyelamatkan' mereka dari bunga pinjaman yang tinggi, yaitu dana dari sub kontraktor.

oleh Athika Rahma diperbarui 04 Apr 2021, 20:04 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2021, 20:00 WIB
Tokoh 'Marketeer of The Year 2014' di Indonesia
Dahlan Iskan. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan menyoroti kinerja keuangan beberapa BUMN sektor konstruksi yang disebutnya 'haus sampai kerongkongan'. Dahlan menduga, buruknya kinerja keuangan itu dikarenakan BUMN termakan bunga pinjaman yang tinggi.

Dia pun berharap agar Sovereign Wealth Fund milik Indonesia, Indonesia Investment Authority (INA) bisa segera menyerap dana untuk membantu BUMN karya ini.

"Beberapa kali saya berharap lewat Disway bulan-bulan lalu: semoga SWF segera jalan. Dan dana dari Amerika, Uni Emirat Arab, Jepang dan Kanada itu segera masuk ke SWF. Ada yang sudah kehausan sampai kerongkongan," ujar Dahlan dalam tulisannya, dikutip Minggu (4/4/2021).

Dahlan bilang, sebenarnya, BUMN karya memiliki sumber dana murah yang bisa 'menyelamatkan' mereka dari bunga pinjaman yang tinggi, yaitu dana dari sub kontraktor. Namun, dana ini seringkali sudah dipakai lebih dulu.

"Jarang yang menyadari ini: ketika sub kontraktor tak kunjung dibayar maka sebenarnya mereka itulah sumber dana terdepan BUMN infrastruktur," ujarnya.

Menurutnya, kini, sub kontraktor menjadi pihak paling menderita imbas kerugian BUMN karya. Sub kontraktor memiliki modal yang lebih kecil, dan mereka mengambil material bangunan dari perusahaan yang lebih kecil juga.

"Ujung-ujungnya, yang paling kecil itulah yang paling menderita. Mungkin saja, BUMN-BUMN itu tidak merasa menderita," jelas dia.

Jalan lain yang menurut Dahlan bisa dipilih ialah menjual aset, seperti jalan tol. Jika dilakukan, maka kerugian bisa langsung berubah menjadi laba. "Tapi, siapa yang mau beli jalan tol di masa yang begini sulit," tanyanya.

Kalaupun dijual, kata Dahlan, harga yang ditetapkan haruslah efisien, karena pembuatan jalan tol itu saja sudah menghabiskan anggaran jumbo.

"Bagaimana bisa membuat harga menarik kalau biaya untuk membuat jalan tol itu dulu sudah terlanjut tinggi, baik biaya konstruksi maupun biaya 'beda dan gincu'nya?" pungkas Dahlan.

Saksikan Video Ini

Dahlan Iskan Soroti Kinerja Keuangan BUMN Karya

Lama Menghilang, Dahlan Iskan Ternyata Mengidap Aorta Dissection (liputan6)
Dahlan Iskan.(liputan6)

Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan memberikan pandangan tentang kondisi kinerja keuangan BUMN sektor konstruksi yang disebutnya 'haus hingga ke kerongkongan'.

Hal ini terlihat dari laporan keuangan beberapa BUMN karya yang ternyata mengalami rugi, atau mengalami penurunan laba dari periode sebelumnya.

"Sudah agak lama para pengamat ekonomi memprediksi: BUMN kelompok infrastruktur tinggal tunggu waktu, sulit atau sulit sekali," ujar Dahlan Iskan dalam tulisan pribadinya di lama DI's Way, dikutip Minggu (4/4/2021).

Misalnya saja, Waskita Karya yang rugi hingga Rp 7 triliun. Kemudian Wijaya Karya yang labanya terjun bebas dari Rp 2,2 triliun menjadi kurang dari Rp 200 miliar. Adapul laba PT PP yang juga anjlok dari Rp 800 miliar menjadi Rp 128 miliar.

Menurut Dahlan, pekerjaan infrastruktur memang gegap gempita beberapa tahun terakhir. Namun sekuat-kuatnya perusahaan infrastruktur, tetap saja harus mengandalkan sumber dana dari pihak ketiga.

Sementara, pihak ketiga seperti bank juga harus tetap tunduk pada peraturan di bidang perbankan. "Dana bank adalah napas nomor satu mereka. Maka ketika perusahaan sudah tidak bisa lagi pinjam dana bank, karena sudah mencapai batas atas, bencana tahap 1 pun datang," ujarnya.

Lanjutnya, ketika bank sudah tidak bisa memberi pinjaman, maka pilihannya tinggal obligasi, MTM dan sejenisnya. Namun, kemungkinan bunga yang diterapkan akan lebih tinggi.

Apalagi, jika obligasi sudah jatuh tempo dan perusahaan terbukti gagal bayar, pilihannya hanya menerbitkan obligasi baru dengan bunga yang lebih tinggi.

Bahkan, jika menggunakan opsi right issue di pasar modal, BUMN tetap punya batasan menjual saham ke publik, yaitu 50 persen saja.

"Perkiraan saya, merosotnya kinerja keuangan mereka sebagian besar akibat kemakan bunga tinggi," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya