Liputan6.com, Jakarta Setelah kebocoran data pribadi lebih dari 500 juta pengguna Facebook bocor, di antara data-data tersebut rupanya terdapat data pribadi milik bos Facebook, Mark Zuckerberg beserta beberapa petinggi perusahaan lainnya.
Dikutip dari The Sun, Rabu (7/4/2021) kabar ini diungkapkan oleh peneliti siber, Dave Walker yang menemukan data milik Zuckerberg yang bocor tersebut meliputi nama, lokasi, tanggal pernikahan, tanggal lahir dan ID akun.
Hasil temuan Walker tersebut termasuk menyebutkan ada juga data pribadi milik dua pendiri Facebook lainnya, Chros Hughes dan Dustin Moskovitz.
"Termasuk di dalam data yang bocor adalah tiga pendiri Facebook - Mark Zuckerberg, Chros Hughes and Dustin Moskovitz," tulis BleepinComputer, situs khusus pemberitaan teknologi dalam akun twitternya.
Sebelumnya, kabar kebocoran data pengguna Facebook ini mencuat pertama kali pada Sabtu minggu pekan lalu. Data ini pertama kali ditemukan oleh Alon Gal, CTO dari firma intelijen kejahatan siber Hudson Rock yang berbasis di Israel.
Data tersebut kabarnya merupakan data-data lama yang jumlahnya mencapai 533 juta data pengguna Facebook. Data yang bocor meliputi data nomor telepon, ID, nama lengkap, lokasi, tanggal lahir, hingga alamat email.
Lebih dari setengah miliar data yang bocor tersebut berasal dari pengguna Facebook di 106 negara. Di antara negara yang jumlah kebocoran penggunanya paling banyak ialah 32 juta pengguna di Amerika Serikat, 11 juta di Inggris dan 6 juta pengguna di India.
Gal mengatakan basis data tersebut tampaknya merupakan kumpulan nomor telepon yang sama dengan yang ditemukannya beredar di situs peretas sejak Januari lalu.
Saat itu, dalam laporan media pemberitaan teknologi, Motherboard, terdapat 500 juta data pengguna Facebook yang diperdagangkan di situs peretasan dengan harga tertentu pada bulan Januari 2021.
Data yang sama kembali ditemukan oleh Gal Sabtu lalu, bedanya sekarang dataset tersebut dipublikasi secara gratis dan dapat diakses siapa pun hanya bermodal kemampuan hacking.
Klarifikasi Facebook
Lagi-lagi Mark Zuckerberg merogoh koceknya sendiri untuk donasi ke restoran favoritnya (Foto: unsplash.com/Alex Haney
Sekalipun data yang tersebar merupakan data lama, beberapa peneliti menilai kebocoran ini rentan menghadirkan kejahatan siber dan penyalahgunaan akun oleh hacker. Sementara itu, perusahaan sendiri membenarkan akan adanya kebocoran tersebut.
"Ini adalah data lama yang sebelumnya dilaporkan pada 2019. Kami menemukan dan memperbaiki masalah ini pada Agustus 2019," kata juru bicara Facebook, Andy Stone seperti dikutip dari CNN.
"Pada tahun 2019 kami menghapus (fitur) kemampuan pengguna untuk menemukan pengguna lainnya secara langsung menggunakan nomor ponsel baik di Facebook maupun Instagram. Fungsi ini bisa dimanfaatkan menggunakan kode perangkat lunak yang canggih, untuk meniru Facebook dan memberikan nomor telepon untuk menemukan pengguna mana yang merupakan pemiliknya," tambahnya.
Meski begitu, Facebook tidak memberikan klarifikasi apakah perusahaan sudah memberi tahu atau memberi notifikasi bagi pengguna yang terdampak atas kebocoran data 2019 lalu.
Reporter: Abdul Azis Said
Advertisement
Lanjutkan Membaca ↓