Liputan6.com, Jakarta - Selama ini muncul sesakan ahar Indonesia membangun kilang minyak. Langkah ini untuk mewujudkan kemerdekaan energi. Wakil menteri ESDM periode 2016-2019 Arcandra Tahar dalam laman instagram resminya @arcandra.tahar menulis tentang strategi membangun kilang minyak agar untung.
Menurutnya, ada beberapa strategi yang bisa dilakukan agar kilang minyak yang dibangun dapat memberi keuntungan yang sesuai dengan rencana. Pertama, lokasi kilang sebaiknya berada di pesisir pantai, digabung dengan petrochemical plant dan dekat dengan kawasan industri, yang menjadi pembeli produk kilang dan petrochemical.
Baca Juga
"Lokasi di pesisir pantai dimaksudkan untuk memudahkan suplai crude dan perpindahan produk kilang dengan menggunakan moda tranportasi laut," jelas dia seperti dikutip Jumat (16/7/2021).
Advertisement
Biasanya produk kilang minyak bisa menjadi bahan baku untuk petrochemical plant. Ongkos perpindahan produk kilang ini menjadi murah sekali kalau kilang dan petrochemical plant berdekatan. Akan tambah menguntungkan jika ada industri di dekat kilang dan petrochemical plant yang menjadikan produk kilang dan petrochemical sebagai bahan bakunya.
Inilah yang dinamakan dengan kawasan terintegrasi yang memberikan nilai tambah pada setiap industi yang terlibat.
Kedua, sumber energi yang dibutuhkan untuk mengoperasikan kilang berasal dari energi terbarukan. Tekanan untuk menjaga kenaikan suhu bumi kurang dari 2 dengree celsius pada akhir abad ini semakin membuat industri migas terpinggirkan.
Ditambah dengan rencana lembaga-lembaga keuangan dunia yang tidak mau lagi membiayai proyek-proyek migas seperti kilang ini.
"Padahal dalam dua dekade ke depan produk kilang dan petrochemical masih dibutuhkan oleh peradaban manusia," tulis Arcandra Tahar.
Lebih lanjut Arcandra mengatakan, seharusnya dalam masa transisi menuju penggunaan energi bersih yang lebih luas, industri migas tetap bisa berpartisipasi lewat penggunaan energi listrik yang berasal dari energi terbarukan.
Kalau ada gas CO2 yang dihasilkan maka teknologi CCS (Carbon Capture and Storage) bisa digunakan agar CO2 nya tidak dilepas ke udara. Dengan cara ini diharapkan lembaga keuangan dunia masih mau membiayai proyek migas dengan bunga yang lebih kompetitif.
Ketiga, tidak mengunci spesifikasi kilang untuk crude tertentu. Kalau kilang di desain hanya untuk satu jenis crude maka saat crude tersebut sudah habis, kilang bisa menjadi tidak efisien. Dengan kata lain, pasokan crude sangat bergantung dari umur sumur minyak, sementara umur kilang bisa lebih panjang daripada umur sumur.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Risiko
Setelah membahas strategi membangun kilang, apakah ada risiko bisnis yang ditanggung oleh pemilik kilang? Tentu ada. Dua risiko terbesar dalam bisnis kilang minyak yang harus dimitigasi.
Pertama keamanan pasokan crude yang harganya ditentukan oleh mekanisme pasar. Kedua harga jual produk yang harganya juga ditentukan oleh mekanisme pasar. Perumpamaannya seperti restoran dimana si pemilik restoran membeli seafood, sapi atau kerbau yang harganya bisa murah, bisa juga mahal tergantung ketersediannya.
Kemudian dapur dan juru masak mengolahnya menjadi masakan Padang, selanjutnya dijual ke pelanggan yang harganya bisa mahal juga bisa murah tergantung daya beli masyarakat pada saat itu. Celakanya kalau daging sapinya mahal sementara rendang dijual murah. Rugi jadinya.
Adakah investor kilang yang lebih cerdas? Jawabannya ada. Caranya mereka tidak mau menanggung risiko dengan naik dan turunnya harga crude dan harga BBM. Mereka minta dibayar berdasarkan berapa volume crude yang mereka olah, misalnya USD 4 per bbl. Jadi mereka selalu untung dan tidak takut kalau harga crude melambung menjadi USD 100 per bbl.
"Ibaratnya untuk restoran Padang, si pemilik restoran hanya menerima daging sapi kemudian diolah jadi Rendang dan dibayar berdasarkan berapa kilogram rendang yang mereka masak. Berkaitan dengan berapa harga daging sapi dan harga jual rendang yang naik turun bukan urusan mereka. Cerdas bukan!," tutup Arcandra.
Advertisement