Bursa Aset Digital Zipmex Terima Suntikan Dana dari Thailand USD 41 Juta

Penerimaan dana seri B diterima Zipmex setelah pendanaan seri A yang diberikan pada Januari 2021.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Sep 2021, 16:45 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2021, 16:45 WIB
Zipmex
Aplikasi Zipmex untuk trading aset kripto. (dok: Zipmex)

Liputan6.com, Jakarta Zipmex menerima suntikan dana kedua dari Krungsri Finnovate, perusahaan yang dibawahi oleh Bank of Ayudhya di Thailand. Setelah mendapatkan pendanaan seri A pada Januari lalu, kini penggalangan dana seri B kembali diberikan, Jumat (3/9/2021).

Suntikan dana diberikan sebesar USD 41 juta atau sama dengan Rp 584,7 juta. Pemberian ini dilakukan karena adanya peningkatan valuasi dari perusahaan yang cukup signifikan hingga mencapai 9 digit dolar AS. 

“Komitmen dari Krungsri Finnovate menjadi langkah awal bagi kami. Tidak hanya mewakili validasi model bisnis saja, tetapi berpotensi untuk aset digital yang menjadi bagian inti dari perusahaan,” ujar CEO Zipmex Marcus Lim.

Adapun platform digital ini telah meluncurkan aset kripto paling viral selama beberapa bulan belakangan yaitu Dogecoin (DOGE) pada platformnya sejak Juni lalu. Beberapa negara yang sudah menjalin kerja sama dengan perusahaan yaitu Singapura, Thailand, Indonesia, dan Australia.

Karakteristik yang berbeda-beda dari setiap audiens mendorong perusahaan melakukan inovasi baru untuk mempertahankan penggunanya. Upaya tersebut dilakukan dengan konsep ‘play to earn’ yang mana pengguna bisa menghasilkan uang dengan cara yang seru dan menyenangkan.

“Bagi kami, ini bukan melulu mengenai angka, tetapi seberapa tinggi hal tersebut membawa makna bagi mereka (pengguna platform),” ujar Chief Marketing Office Zipmex Proud Limpongpan.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Milenial Indonesia Jadi Target Pasar

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital.
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Erdina Louise Oudang selaku Head Corporate Communication Zipmex Indonesia mengatakan bahwa Indonesia menjadi pasar terbesar di Asia Tenggara dengan kegiatan transaksi aset kripto sebesar Rp478 triliun.

“Peningkatan ini hampir sebesar 8 kali dari tahun lalu yang sebesar Rp60 triliun. Jadi, kita bisa melihat potensi yang sangat besar terjadi dalam satu tahun saja,” tambah Erdina.

Tak hanya itu, Indonesia juga mengalami bonus demografi pada 2030-2050 sehingga usia produktif yang dimiliki sangat kaya akan potensi, khususnya generasi milenial dan generasi-Z sebanyak 34,5 persen dari populasi negara.

Melalui peluang di atas, perusahaan tertarik dan ingin berfokus pada investor dari kalangan milenial. Menciptakan adanya ekosistem yang aman dan nyaman menjadi rencana ke depan yang ingin ditingkatkan oleh bursa aset digital ini.

Meskipun demikian, salah satu hambatan yang dirasakan adalah penggunaan bahasa yang serba Bahasa Inggris dan membuat pengguna atau investor yang ingin berinvestasi menjadi terhambat atau tertunda.

Menyikapi permasalahan tersebut, Zipmex berupaya mempersiapkan fasilitas baru dengan memberikan edukasi, dan menyiapkan media untuk berkomunitas dan saling berbagi antara satu dan yang lainnya.

Ketika kepercayaan menjadi kunci utama, Marcus ingin meningkatkan kepercayaan dari pengguna bahwa keamanan dalam berinvestasi harus didorong lebih dan lebih lagi. Setelah orang merasa aman, akan ada perasaan nyaman di sana .

“Saya merasa ini penting saat orang merasa aman saat melakukan berinvestasi atau banking. Jadi, kami akan menjamin keamanan dari transaksi yang di masa depan,” tambahnya.

Bertentangan dengan Regulasi Pemerintah

Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Austin Distel)
Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Austin Distel)

Mungkin saat ini, ada beberapa negara atau wilayah yang sudah memperbolehkan kripto menjadi alat transaksi. Namun, hal tersebut tidak akan bisa direalisasikan tanpa dukungan dari regulasi pemerintah. Indonesia adalah salah satu negara yang juga tidak/belum meresmikan kripto sebagai alat transaksi.

Merespons hambatan regulasi tersebut, Marcus tidak berupaya untuk mengubah struktur dan sistem yang sudah diberlakukan, tetapi mencoba menawarkan alternatif lain dari penggunaan kripto sebagai mata uang digital.

Cryptocurrency memang tidak bisa digunakan sebagai alat transaksi/melakukan transfer. Oleh karena itu, kami menawarkan kripto menjadi rupiah Indonesia sehingga yang diterima juga dalam bentuk rupiah,” jelas Marcus.

Pilihan ini bermaksud untuk menyesuaikan regulasi di Indonesia dengan visi misi yang ingin dijalankan perusahaan. Namun, masih belum ada kepastian apakah kebijakan tersebut akan diajukan

Ditambah, menurut data yang diterima Marcus, terdapat 60 persen penduduk tidak memiliki rekening di bank. Hal tersebut ingin dimanfaatkan perusahaan untuk mengajak lebih banyak pengguna untuk berinvestasi menggunakan aset digital dengan koin digital rupiah tersebut.

“Kami saat ini sedang menjajaki produk apa yang bisa diluncurkan sesuai regulasi dari Bank Indonesia,” tambah Erdina.

Reporter: Caroline Saskia

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya