Hutan Sagu Papua Barat Siap Dijadikan Lahan Agrowisata

Mentan menegaskan Papua Barat merupakan wilayah penghasil sagu terbesar Nusantara, dan berharap pertanian yang diusahakan secara bersama dapat dipoles dengan sentuhan teknologi melalui pelatihan-pelatihan.

oleh stella maris diperbarui 03 Sep 2021, 19:36 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2021, 19:36 WIB
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, ketika melakukan kunjungan kerja di Distrik Aimas, Kelurahan Malawi, Kabupaten Sorong, Jumat (3/8)
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, ketika melakukan kunjungan kerja di Distrik Aimas, Kelurahan Malawi, Kabupaten Sorong, Jumat (3/8)

Liputan6.com, Jakarta Untuk mewujudkan pertanian yang maju menuju kedaulatan pangan di Papua Barat, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo terus mendorong lahan hutan sagu menjadi kawasan agrowisata. 

Berkaitan dengan hal tersebut, Mentan juga mengharapkan hilirisasi para pelaku stakeholder pertanian dapat bekerja sama untuk mendapatkan nilai tambah bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

"Ini integrated farm, tolong Muspida koordinasi bantu Bupati untuk kerubutin, kita buat industrinya, tidak hanya sagu saja, tidak hanya saja Melki (petani) membuat sagu saja, tapi sekitarnya ada peternakan, di sana ada buah horti, kemudian tanaman pangan, dan lainnya, jadi ada integrated farm dan modern, semua yang dimiliki rakyat," demikian disampaikan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, ketika melakukan kunjungan kerja di Distrik Aimas, Kelurahan Malawi, Kabupaten Sorong, Jumat (3/8)

Mentan menegaskan Papua Barat merupakan wilayah penghasil sagu terbesar Nusantara, dan berharap pertanian yang diusahakan secara bersama dapat dipoles dengan sentuhan teknologi melalui pelatihan-pelatihan.

"Di sini sagunya oke, dan pertanian ngga bisa sendiri sendiri, harus ramai ramai. Agrowisata, satu kali turun semua kena, jadi jangan cuma sagu, harus ada bimtek, Istri istri harus bimtek, anak muda harus kursus, kursus harus ada hasilnya, seperti sagu harus jadi mie, kemudian ada perlakuan teknologi, biar tampilan (pati) menjadi putih bersih," ungkap Mentan Syahrul.

Lebih lanjut Mentan menyebutkan beberapa syarat yang dapat menunjang pertanian di Sorong menjadi baik, mulai dari tunjangan infrastruktur alam, sumberdaya manusia dan modal yang dibutuhkan seperti penerapan kredit usaha bagi rakyat pertanian.

"Syarat pertanian yang bagus itu yang pertama lahannya oke, kemudiaan yang kedua airnya bagus, yang ketiga rakyat nya mau bersama pemerintah, jangan rakyat saja pemerintah nya ngga, atau pemerintahnya saja rakyatnya ngga, kemudian seterusnya membutuhkan pelatihan, lalu butuh modal pak Jokowi sudah memberikan KUR," katanya.

Sementara itu Bupati Sorong, Jhony Kamuru yang hadir dalam kunjungan kerja Mentan menyampaikan kesediaannya atas saran Mentan untuk dilakukan pengembangan agrowisata di daerahnya.

"Pak Menteri, kami sangat bersedia untuk pengembangan-pengembangan komoditi pertanian untuk memajukan Sorong, bukan hanya bantuan dari Gurbernur namun kami berharap ada bantuan bantuan langsung untuk pengembangan Sorong dari Kementerian melalui dinas pertanian," katanya.

Pada kegiatan kunjungan kerja tersebut, Mentan berkesempatan meninjau lahan dan rumah pengolahan sagu sederhana milik petani Melkianos Malagam, yang mengelola kurang lebih tiga hektar lahan sagu.

Tercatat sesuai data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia telah mengekspor sagu pada 2020 sebesar 13 ribu ton atau senilai Rp40 miliar. Kemudian selama kurun waktu tahun 2020 hingga semester 1 tahun 2021, volume ekspor sagu meningkat 5,1%.

Luasan areal sagu nasional saat ini mencapai 196.831 hektar dengan 99,65% areal berupa perkebunan rakyat. Papua dan Papua Barat merupakan sentra terbesar sagu nasional yang berkontribusi sebesar 29,2% dari areal sagu nasional.

 

(*)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya