Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, butuh waktu panjang untuk menutup gap kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan. Menurutnya, setidaknya membutuhkan waktu hampir 100 tahun.
Waktu yang panjang ini dikarenakan perempuan masih tertinggal dari sisi perekonomian, pemberdayaan dan pengambilan keputusan. "Gender gap masih terjadi dari sisi gaji atau upah yang diterima perempuan, meskipun pada level yang sama posisinya, gaji dan upahnya akan lebih rendah dibandingkan laki-laki,” ungkap Sri Mulyani, Rabu (22/12/2021).
Meskipun Indonesia terlihat menonjol dalam hal kesetaraan gender, dengan enam perempuan sebagai Menteri dalam Kabinet Jokowi, namun tingkat partisipasi secara rata-rata nasional masih rendah. Partisipasi perempuan hanya 54 persen, sementara pria 82 persen.
Advertisement
Jika dalam pengambilan keputusan, perempuan masuk di dalam desain kebijakan atau keputusan, baik itu level korporasi maupun level negara, maka ini bisa memberikan tambahan prespektif dan kesempurnaan dari sisi persoalan dan dampak kebijakan.
Baca Juga
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kontribusi Nyata
Dia menjelaskan, saat ini baik global maupun Indonesia berupaya menerapkan serta mengintegrasikan aspek ESG. Ini termasuk aspek kesetaraan gender melalui pemberdayaan perempuan dalam kebijakan pemerintah.
Oleh karenanya, ke depannya perempuan yang berdaya diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam memastikan keberlanjutan bisnis pada berbagai sektor di Indonesia.
Di masa mendatang, kesetaraan gender diharapkan dapat tercapai dan perempuan dapat lebih berperan dalam memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan keuangan berkelanjutan secara nasional.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement