Liputan6.com, Jakarta - Saat ini, semakin banyak kelompok yang menamai dirinya sebagai kaum “pelangi” atau LGBTQ+. Mereka mengklaim bahwa identitas gender tidak hanya terbatas pada laki-laki dan perempuan, tetapi juga bisa berubah sesuai keinginan individu. Fenomena tersebut, dalam istilah kekinian, disebut transgender.
Pandangan ini semakin marak, terutama dengan dukungan dari berbagai media dan gerakan global yang mengusung kebebasan dalam menentukan jati diri.
Advertisement
Fenomena ini membuat sebagian orang merasa bingung terhadap identitas gender mereka. Ada yang merasa bahwa dirinya bukan sepenuhnya laki-laki atau perempuan, sementara yang lain justru memilih untuk mengubah kodratnya. Hal ini menjadi tantangan bagi umat Islam, karena bertentangan dengan ajaran yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan sunnah.
Advertisement
Dalam ajaran Islam, identitas gender sudah ditetapkan secara jelas oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an. Tidak ada keraguan dalam hal ini, sebab manusia diciptakan hanya dalam dua jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan.
Pendakwah muda Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengatakan, sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Hujurat ayat 13:
"Yaa ayyuhan-naasu innaa khalaqnaakum min dzakarin wa untsaa..."
"Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan..."
Menurutnya, ayat ini dengan tegas menunjukkan bahwa identitas gender manusia sudah ditentukan sejak lahir. Tidak ada jenis lain di luar dari dua kategori yang sudah Allah tetapkan.
Dalam sebuah kajian yang dikutip dari video di kanal YouTube @UstadzAdiHidayatOfficial, UAH menjelaskan bahwa konsep gender dalam Islam tidak bisa diubah berdasarkan keinginan pribadi.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Tak Ada Kategori Ketiga
Menurutnya, jika seseorang bukan laki-laki, maka pasti perempuan. Tidak ada kategori ketiga yang bisa dipilih atau diciptakan di luar ketetapan Allah SWT.
Fenomena yang berkembang di masyarakat, seperti laki-laki yang bersikap melambai atau perempuan yang berperilaku lebih kasar dari standar umumnya, bukan berarti menunjukkan adanya gender ketiga.
Dalam Islam, fitrah manusia sudah ditentukan sejak lahir. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan bukan hanya soal biologis, tetapi juga menyangkut tanggung jawab dan peran di dalam kehidupan.
Dalam hadis sahih, Rasulullah SAW melarang laki-laki menyerupai perempuan dan perempuan menyerupai laki-laki. Larangan ini bukan tanpa alasan, tetapi bertujuan untuk menjaga keseimbangan sosial dalam kehidupan manusia.
Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa salah satu cara mengenali fitrah ini adalah dengan melihat kondisi fisik dan biologis yang telah ditetapkan sejak lahir.
Ia menegaskan bahwa manusia tidak bisa menentukan identitas gendernya sendiri, karena hal tersebut merupakan ketetapan dari Allah SWT.
Konsep gender dalam Islam didasarkan pada prinsip keadilan dan keseimbangan. Laki-laki dan perempuan memiliki tugas serta tanggung jawab masing-masing sesuai dengan fitrahnya.
Advertisement
Banyak Pemikiran yang Mengaburkan Batasan
Laki-laki diberi amanah untuk menjadi pemimpin dalam keluarga dan masyarakat, sementara perempuan memiliki peran penting dalam mendidik generasi penerus.
Namun, di era modern ini, banyak pemikiran yang mencoba mengaburkan batasan antara laki-laki dan perempuan, sehingga menimbulkan kebingungan di kalangan umat Islam.
Media sosial dan budaya global sering kali menyebarkan konsep identitas gender yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Ustadz Adi Hidayat mengingatkan bahwa umat Islam harus kembali kepada ajaran Al-Qur’an dan sunnah dalam memahami identitas gender agar tidak terpengaruh oleh pemikiran yang menyimpang.
Islam bukan hanya mengajarkan tentang ibadah, tetapi juga memberikan pedoman jelas dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam memahami identitas gender.
Jika ada seseorang yang merasa bingung dengan identitasnya, maka ia harus kembali kepada fitrah yang telah Allah tetapkan untuknya.
Menerima identitas gender sesuai dengan ketetapan Allah adalah bagian dari keimanan dan bentuk kepatuhan terhadap-Nya.
Dengan memahami dan menerima identitas gender yang telah Allah berikan, seseorang dapat menjalani kehidupan dengan lebih tenang dan penuh keberkahan.
Ustadz Adi Hidayat menutup dengan pesan bahwa manusia diciptakan oleh Allah dengan kesempurnaan. Oleh karena itu, tugas kita adalah menerima, mensyukuri, dan menjalankan peran masing-masing sesuai dengan fitrah yang telah ditentukan.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
