Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menuturkan tingkat neraca perdagangan barang Indonesia selama 2021 tercatat yang paling tinggi sejak lima tahun terakhir.
Alasannya, neraca perdagangan sepanjang tahun ini berhasil mencatatkan surplus sebesar USD35,34 miliar
Baca Juga
“Surplus kita mencapai USD 35,34 miliar, bapak ibu bisa melihat kalau kita bandingkan dengan 2020, 2019, bahkan kalau sampai 2016, neraca perdagangan tahun 2021 merupakan yang paling tinggi 5 tahun terakhir ini,” katanya dalam Rilis Berita Resmi Statistik, Senin (17/1/2022).
Advertisement
Mengacu data yang ditampilkannya, pada 2020 tercatat surplus senilai USD21,62 Miliar, kemudian pada 2019 tercatat defisit minus USD3,59 miliar, dan 2018 minus USD8,70 miliar. Sementara pada 2017 tercatat surplus sebesar USD11,84 Miliar, dan 2016 tercatat lebih rendah sebesar USD 9,48 miliar.
Margo berharap, kondisi neraca perdagangan ini bisa dipertahankan kedepannya. Sehingga diharapkan mampu berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional.
“Ini harapannya tren ini bisa kita pertahankan atau kita tingkatkan tentu saja akan berdampak kepada rencana pemerintah kepada pemulihan ekonomi itu bisa tercapai dengan cepat dan seperti yang kita harapkan semua,” terangnya.
Ekspor
Masih mengacu data yang ditampilkan Margo, terjadi peningkatan ekspor dari 2020 sebesar USD163,19 miliar menjadi USD231,54 Miliar pada 2021. Angka inin meningkat sebesar 41,88 persen.
Sementara, pada impor juga tercatat meningkat dari USD141,57 miliar pada 2020 menjadi USD196,20 Miliar pada 2021. Ini meningkat sebesar 38,59 persen secara year on year.
“Jadi secara nilai ekspor meningkat tajam selama 2021. Meningkatkan 41,88 persen. sedangkan khusus ekspor non migas juga sama, selama 2021, ekspor non migas kita tercatat sebesar 219,27 miliar USD. Jauh lebih tinggi atau meningkat dari 2020 yang meningkat sebesar 41,52 persen,” tuturnya.
“Kalau kita perhatian, share ekspor migas ini, terbesar dari bahan bakar mineral 14,98 persen, 2021 itu BBM itu mencapai 32,84 miliar USD, lemak dan lemak hewan nabati 2021 sebesar 14,97 persen atau setara 32,83 miliar USD,” imbuh dia.
Advertisement