Liputan6.com, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer di wilayah Donbas, Ukraina timur. Menteri Luar Negeri (Menlu) Ukraina Dmytro Kuleba telah mengkonfirmasi "invasi skala penuh" Rusia ke Ukraina.
Ketegangan yang sudah berlangsung sejak awal bulan ini membuat Kekayaan miliarder di Rusia anjlok hingga USD 32 miliar atau setara Rp 459,4 triliun di tahun ini.
Penurunan kekayaan ini terjadi menyusul pengumuman Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang mengeluarkan sanksi terhadap bank dan elit Rusia terkait invasi di Ukraina.
Advertisement
Dilansir dari Aljazeera, Kamis (24/2/2022) Bloomberg Billionaires Index mengungkapkan bahwa Gennady Timchenko, berada di posisi teratas sebagai miliarder Rusia yang melihat penurunan kekayaan, dengan hampir sepertiga kekayaannya anjlok tahun ini.
Kekayaan putra seorang perwira militer Soviet sekaligus teman Presiden Rusia Vladimir Putin, yakni Timchenko, kini menurun dan tercatat hanya sekitar USD 16 miliar.
Timchenko mengumpulkan sebagian besar kekayaannya berasal dari saham di produsen gas Rusia Novatek.
Adapun pemegang saham Novatek lainnya, yakni Leonid Mikhelson, yang juga melihat penurunan kekayaan.
Kekayaan Leonid Mikhelson telah anjlok USD 6,2 miliar tahun ini.Â
Adapun pimpinan Lukoil, Vagit Alekperov, yang kekayaannya juga menurun sekitar USD 3,5 miliar pada periode yang sama karena saham perusahaan energi itu telah turun hampir 17 persen.
Baca Juga
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Inggris Juga Berlakukan Sanksi Pada Pemilik Perusahaan Pipa Gas Rusia
Selain AS, Inggris juga memberlakukan sanksi pada lima bank dan tiga miliarder Rusia, termasuk Timchenko.
Dalam daftar sanksi Inggris, terdapat pemilik perusahaan pipa gas Rusia Stroygazmontazh, Boris Rotenberg, dan keponakannya Igor Rotenberg.
23 miliarder di Rusia saat ini memiliki kekayaan bersih sebesar USD 343 miliar atau Rp 4,9 kuadriliun. Jumlah itu turun dari USD 375 miliar pada akhir tahun.
Pasar merosot lebih lanjut pekan ini setelah Putin mengakui dua republik separatis di Ukraina, yang menyebabkan Jerman menghentikan proyek energi dengan Rusia.Â
Advertisement