Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah melemah pada perdagangan Jumat pagi. Pelemahan rupiah dipicu ekspektasi pengetatan kebijakan moneter yang agresif oleh bank sentral AS The Fed.
Kurs rupiah bergerak melemah 19 poin atau 0,13 persen ke posisi 14.381 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.362 per dolar AS.
Baca Juga
Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan, nilai tukar rupiah mungkin masih bisa tertekan terhadap dolar AS hari ini.
Advertisement
"Sentimen ekspektasi kebijakan pengetatan moneter AS yang agresif masih akan memberikan tekanan ke rupiah hari ini," ujar Ariston dikutip dari Antara, Jumat (8//4/2022).
Ariston menyampaikan, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun masih di dekat level tertinggi dalam tiga tahun di kisaran 2,6 persen yang mengindikasikan ekspektasi pasar meninggi terhadap kebijakan pengetatan moneter AS yang agresif.
"Ekspektasi ini mendorong penguatan dolar AS terhadap mata uang lainnya," kata Ariston.
Di sisi lain, lanjutnya, harga minyak mentah dunia yang mulai menurun bisa membantu meredakan kekhawatiran pasar terhadap inflasi.
"Dan ini bisa menjadi sentimen positif untuk aset berisiko termasuk rupiah," ujar Ariston.
Ariston memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak melemah ke arah 14.380 per dolar AS dengan potensi support di kisaran 14.340 per dolar AS.
Pada Kamis (7/4) lalu, rupiah ditutup melemah 3 poin atau 0,02 persen ke posisi 14.362 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.359 per dolar AS.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ditutup Melemah
Sebelumnya, Rupiah ditutup melemah 3 poin pada perdagangan Kamis sore, 7 April 2022 meski sebelumnya sempat menguat 4 poin di Rp 14.362. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya rupiah berada di posisi 14.359.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah masih berpotensi melemah pada perdagangan Jumat, 8 April 2022.
“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.340 hingga Rp 14.380,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Kamis (7/4/2022).
Secara internal gerak rupiah dipengaruhi oleh cadangan devisa Indonesia. Bank Indonesia (BI) yang melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia tetap tinggi sebesar USD 139,1 miliar atau sekitar Rp 1,9 kuadriliun pada akhir Maret 2022.
Meski demikian, posisi pada Maret 2022 tersebut menurun jika dibandingkan dengan posisi pada akhir Februari 2022 sebesar USD 141,4 miliar.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyampaikan penurunan posisi cadangan devisa dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
“BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan,” katanya dalam siaran pers, Kamis (7/4/2022).
Posisi cadangan devisa tersebut, setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau tujuh bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
BI memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi.
Advertisement
Dolar AS Menguat
Sementara Rupiah melemah, Dolar AS justru melayang di dekat level tertinggi dua tahun terhadap sekeranjang mata uang pada Kamis, setelah risalah rapat menunjukkan Federal Reserve bersiap untuk bergerak agresif untuk mencegah inflasi.
Pejabat The Fed mencatat satu atau lebih kenaikan 50 bps dalam kisaran target dapat sesuai pada pertemuan mendatang, yang berikutnya adalah pada Mei, terutama jika tekanan inflasi tetap tinggi atau meningkat.
The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 bps setelah pertemuan Maret mereka, dan risalah menunjukkan efek ekonomi dari invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari mencegah kenaikan 50 bps.
Mereka juga menunjukkan kesepakatan umum tentang pemotongan USD 95 miliar per bulan dari kepemilikan aset yang membengkak selama pandemi.
Hal Itu kurang lebih sejalan dengan ekspektasi pasar, tetapi kesiapan pembuat kebijakan untuk memulai segera setelah Mei menghadapi dan kemungkinan akan membuat dolar tetap tinggi.