Diserang Rusia, RI Tak Lagi Ekspor Minyak Nabati hingga Alas Kaki ke Ukraina

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengatakan konflik invasi yang dilakukan Rusia di Ukraina telah mengganggu kinerja ekspor Indonesia dengan Ukraina

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Apr 2022, 12:50 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2022, 12:50 WIB
FOTO: Ekspor Impor Indonesia Merosot Akibat Pandemi COVID-19
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan ekspor barang dan jasa kuartal II/2020 kontraksi 11,66 persen secara yoy dibandingkan kuartal II/2019 sebesar -1,73. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengatakan konflik invasi yang dilakukan Rusia di Ukraina telah mengganggu kinerja ekspor Indonesia dengan Ukraina. Tercermin dari 3 komoditas ekspor utama yang pada bulan Maret yang nihil.

"Terlihat di bulan Maret ini tidak ada sama sekali ekspor dari Indonesia ke Ukraina," kata Margo di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Senin (18/4/2022).

Tiga komoditas terbesar Indonesia ke Ukraina yakni lemak dan minyak hewan atau minyak nabati, kertas karton dan alas kaki.

Di bulan Januari 2022 ekspor lemak dan minyak hewan atau nabati Indonesia ke Ukraina tercatat USD 900 ribu. Kemudian meningkat di bulan Februari menjadi USD 19,6 juta. Namun di bulan Maret tidak ada ekspor.

Pola yang sama juga terjadi pada komoditas ekspor kertas karton. Di Januari 2022, nilai ekspornya mencapai USD 600 ribu dan meningkat menjadi USD 800 ribu pada bulan Februari 2022 .

Sementara itu, ekspor alas kaki Indonesia ke Ukraina di bulan Januari dan Februari 2022 nilainya sama. Masing-masing tercatat sekitar USD 600 ribu.

Sehingga nilai ekspor Indonesia ke Ukraina sepanjang tahun 2022 sampai bulan Maret tercatat USD 28,7 juta.

 

Neraca Perdagangan Indonesia-Ukraina

Proyeksi Neraca Perdagangan Indonesia
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (14/4/2022). Kenaikan harga komoditas global di tengah perang Rusia-Ukraina tetap menjadi pendorong utama terjadinya surplus yang besar karena mendorong kinerja ekspor Indonesia. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Dilihat dari sisi neraca perdagangan antara Indonesia-Ukraina di tahun 2022 (Januari-Maret) mengalami defisit hingga USD 13,5 juta. Sebab total ekspor mencapai USD 28,7 juta dan nilai impornya USD 42,2 juta.

Kondisi ini menurun drastis pada dibandingkan dengan tahun lalu pada periode yang sama. Di tahun lalu, neraca perdagangan Indonesia-Ukraina mengalami surplus USD 53,6 juta. Yakni dengan nilai ekspor USD USD 108,6 juta dan nilai impor USD 55 juta.

"Jadi konflik ini membuat neraca perdagangan kita mengalami defisit secara kumulatif," kata Margo.

Dia berharap konflik segera selesai dengan cepat dan Indonesia bisa segera memperbaiki neraca perdagangannya dengan Ukraina.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Ekspor RI Maret 2022 Capai USD 26,5 Miliar Berkat Lonjakan Harga Minyak

Proyeksi Neraca Perdagangan Indonesia
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (14/4/2022). Kenaikan harga komoditas global di tengah perang Rusia-Ukraina tetap menjadi pendorong utama terjadinya surplus yang besar karena mendorong kinerja ekspor Indonesia. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor pada Maret 2022 sebesar USD 26,50 miliar. Jumlah itu naik 29,42 persen secara month to month (mtm). Dibanding pada bulan Februari 2022, nilai ekspor Indonesia sebanyak USD 20,47 miliar.

“Pada bulan Maret ini ekspor Indonesia tercatat USD 26,50 miliar atau meningkat 29,42 persen,” kata Kepala BPS Margo Yuwono  dalam konferensi pers secara virtual, Senin (18/4/2022).

Rinciannya, untuk ekspor non migasnya diperoleh USD 25,09 miliar sedangkan ekspor migasnya mencapai USD 1,41 miliar. Jika bandingkan, ekspor non migasnya dengan bulan Februari lalu mengalami peningkatan sebesar 28,42 persen, dan ekspor migas juga meningkat 41,24 persen.

Adapun, nilai ekspor Maret 2022 sebesar USD 26,50 miliar jika dibandingkan dengan Maret 2021 secara Year on Year mengalami peningkatan sebesar 44,36 persen, dimana non migasnya meningkat 43,82 persen dan migasnya meningkat 54,75 persen year on year.

 

Minyak Mentah hingga Kelapa Sawit

20160308-Ilustrasi-Kelapa-Sawit-iStockphoto
Ilustrasi Kelapa Sawit (iStockphoto)

Kepala BPS, menyebut terdapat beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga sehingga mampu mendorong kinerja ekspor. Di antaranya, minyak mentah, batu bara, nikel, aluminium, emas, tembaga, dan minyak kelapa sawit.

“Kalau kita lihat ekspor utama yang berpengaruh kepada peningkatan non migas ini terutama karena meningkatnya bahan bakar mineral yaitu meningkatnya 54,45 persen, diikuti besi dan baja di bulan Maret ini month to month meningkatnya 37,15 persen,” ujarnya.

"Beberapa komoditas ekspor pada Maret mengalami peningkatan signifikan. Harga minyak mentah Indonesia naik dari USD 95,72/barel pada Februari 2022 menjadi USD 112,5/barel pada Maret 2022, secara mtm naik 18,58 persen dan secara yoy 78,74 persen. Demikian juga komoditas non-migas baik secara mtm maupun yoy," tambahnya.

Kemudian, jika dirinci menurut sektornya, ekspor bulan Maret ini masih didominasi oleh sektor industri pengolahan mencapai USD 19,26 miliar yang tumbuh secara month to month sebesar 23,99 persen.

Selanjutnya disusul sektor pertambangan nilai ekspornya USD 5,40 miliar, tumbuh 50,18 persen (mtm). Lalu, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan nilai ekspornya USD 0,43 miliar atau tumbuh 23,27 persen, dan sektor migas nilai ekspornya USD 1,41 miliar tumbuh 41,24 persen (mtm). 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya