Liputan6.com, Jakarta- Hariyanto, seorang petani tebu di Malang, Jawa Timur, tertarik menjadi petani kopi. Apalagi setelah melihat bahwa kopi memiliki masa produksi hingga mencapai 25 tahun.
Hal itulah yang mendorongnya untuk berpindah profesi dari seorang petani tebu, menjadi seorang petani kopi.
Baca Juga
Meski modal awalnya terbilang mahal, namun masa produksinya yang panjang menjadi suatu daya tarik tersendiri dalam menanam kopi. Di sisi lain, Hariyanto pun menilai menanam tebu sudah tidak akan lagi begitu menguntungkan di kemudian hari.
Advertisement
“Untuk saat ini memang masih menguntungkan, tapi ke depan di saat semua subsidi dan proteksi sudah dihilangkan, itu menjadi malapetaka bagi petani tebu,” ungkap Hariyanto kepada Tim Berani Berubah.
“Saya punya pilihan masuk ke dunia kopi, karena kopi itu investasinya yang mahal di awal. Jadi kita tanam satu kali, tapi masa produksi bisa sampai 25 tahun produksi," sambung dia.
Sebagai seorang petani kopi, Hariyanto juga ingin agar ada perubahan dalam memproses kopi agar memiliki mutu yang lebih baik lagi. Semua juga tak lain demi kemakmuran bagi para petani kopi.
“Saya punya keinginan untuk merubah dari pola tanam, dari processing, dan pengolahan selanjutnya untuk bisa mempunyai mutu yang tinggi sehingga pada akhirnya memiliki nilai jual yang tinggi,” tuturnya.
“Adalah kemakmuran bagi petani kopi,” lanjut Hariyanto.
Bantuan dari Masyarakat dan Penyuluh Pertanian
Untuk mulai menanam kopi, Hariyanto berdiskusi dengan masyarakat sekitar yang sudah sepuh, dan juga melakukan riset melalui berbagai literatur terkait kopi. Dia pun juga mendapat bantuan dari pihak penyuluh pertanian.
“Dan juga ada peran dari pihak penyuluh pertanian. Itu tahun kemarin kami dikasih sekolah lapang kopi selama 10 kali pertemuan,” kata Hariyanto.
“Dan terakhir kita berkunjung ke pusat Penelitian Kopi dan Kakao Se-Indonesia di Jember,” dia mengakhiri.
Pastinya cerita ini menjadi kisah inspiratif untuk pantang menyerah di saat kondisi terpuruk. Yuk, ikuti kisah ini maupun yang lainnya dalam Program Berani Berubah, hasil kolaborasi antara SCTV, Indosiar bersama media digital Liputan6.com dan Merdeka.com.
Advertisement