Harga Emas Anjlok 1,1 Persen Imbas Penguatan Imbal Hasil Obligasi AS

Harga emas turun pada hari Selasa karena imbal hasil obligasi AS menguat, dengan emas berjangka membukukan bulan terburuk sejak September.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 01 Jun 2022, 07:30 WIB
Diterbitkan 01 Jun 2022, 07:30 WIB
20151130-Harga-Emas-Kembali-Buyback-AY
Petugas menunjukan emas batangan di kantor BNI Syariah, Jakarta, Senin (30/11). Harga jual-beli kembali (buyback) emas Antam turun Rp 1.000 usai akhir pekan kemarin naik di tengah turunnya harga emas global. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Harga emas turun pada hari Selasa karena imbal hasil obligasi AS menguat, dengan emas berjangka membukukan bulan terburuk sejak September.

Dilansir dari CNBC, Rabu (1/6/2022), harga emas di pasar spot turun 1,1 persen menjadi USD 1,835,29 per ounce. Emas berjangka AS turun 1 persen menjadi USD 1.833. Imbal hasil Treasury 10-tahun AS yang lebih tinggi menurunkan daya tarik emas tanpa hasil.

Emas berjangka ditutup turun 3,31 persen di bulan Mei, atau bulan terburuk sejak September ketika emas turun 3,36 persen. Namun, emas berjangka naik 1,08 persen tahun ini.

"Kinerja emas pada Mei mengecewakan secara keseluruhan, menunjukkan kelemahan langsung pada tanda pertama penguatan dolar sementara tidak dapat melacak keuntungan material pada pelemahan USD atau imbal hasil obligasi AS yang lebih rendah," kata analis senior OANDA Jeffrey Halley.

"Itu adalah peringatan akan lebih banyak pelemahan ke depan jika keduanya berbalik arah," kata Halley. Dia menambahkan bahwa kecuali ada peningkatan tajam dalam ketegangan di Eropa Timur, tampaknya koreksi ke bawah emas dapat berlanjut pada bulan Juni.

Emas turun dari tepat di bawah USD 1.900 per ounce pada awal bulan menjadi 1.786,60 per ounce pada 16 Mei karena dolar melonjak ke level tertinggi dua dekade. Bullion sejak itu agak pulih.

Kinerjanya jauh lebih baik dari yang diharapkan pada awal siklus kenaikan suku bunga Federal Reserve, karena pasar terus memperhitungkan risiko resesi, kata Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management.

Suku bunga AS jangka pendek yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan, tetapi emas juga dipandang sebagai tempat berlindung yang aman selama krisis ekonomi, seperti resesi.

Prediksi Harga Emas Pekan Ini, Suku Bunga The Fed Membayangi

20151130-Harga-Emas-Kembali-Buyback-AY
Petugas menunjukan emas batangan di kantor BNI Syariah, Jakarta, Senin (30/11). Harga jual-beli kembali (buyback) emas Antam turun Rp 1.000 usai akhir pekan kemarin naik di tengah turunnya harga emas global. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Analis melihat minggu ini sebagai ujian penting untuk harga emas, karena pasar memperdebatkan efek dari kenaikan suku bunga besar-besaran bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed).

Dikuitp dari Kitco.com, Senin (30/5/2022), harga emas mengakhiri minggu lalu dengan kenaikan mingguan pertama dalam lima minggu, karena logam mulia akhirnya melihat permintaan safe-haven baru di tengah kekhawatiran atas inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Harga emas berjangka Comex Juni terakhir diperdagangkan pada UD 1.841,40, naik 1,8 persen pada minggu lalu.

Memasuki minggu ini, aksi jual tajam di ruang ekuitas mungkin belum berakhir, karena S&P 500 sekarang 20 persen dibawah tertinggi sepanjang masa yang diposting pada Januari.

"Selama beberapa minggu terakhir, kami melihat pasar saham menjual dan emas mengikutinya. Tapi kemudian kami mendapatkan puncak jangka pendek dalam imbal hasil Treasury, yang membuka pintu bagi emas untuk berperilaku sebagai tempat yang aman," kata senior OANDA analis pasar Edward Moya mengatakan kepada Kitco News.

Menurutnya, pasar saham AS masih dalam risiko. Dia melihat satu penurunan besar terakhir. Dan mungkin akan melihat sektor properti safe-haven emas diuji sekali lagi. Namun, kelelahan penjualan akan segera teratasi, ujar Moya.

Sementara itu, Kepala ekonom CIBC World Markets Avery Shenfeld, mengatakan pasar khawatir apakah inflasi dan pertumbuhan dapat bereaksi cukup cepat terhadap kenaikan suku bunga Fed. Jika bukan itu masalahnya, The Fed akan dipaksa untuk meningkatkan jadwal pengetatan yang sudah agresif, catat Shenfeld.

"Itulah pukulan satu-dua yang sekarang dicemaskan oleh pasar ekuitas, tingkat yang lebih tinggi yang menurunkan kelipatan ekuitas, ditambah dengan resesi yang menghancurkan pendapatan. Jika, sebaliknya, dosis obat The Fed yang lebih kecil, dan penolakan konsumen terhadap harga yang lebih tinggi, membawa pendinginan sebelumnya, risiko resesi akan berkurang secara signifikan," kata Shenfeld.

Ekspektasi Suku Bunga

Harga Emas Terus Bersinar di Tahun 2020, Penjualan Emas Antam Capai Rp 6,41 T
Untuk memperkuat nilai tambah produk emas, Antam terus melakukan inovasi produk dan penjualan.

Ahli strategi DailyFX Michael Boutros, menambahkan, ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih curam kembali meningkat. Sehingga pasar harus menilai ulang prospek suku bunga Fed.

“Ada keraguan bahwa 50bps pada tingkat inflasi ini akan cukup. Jika kenaikan 75bps Fed disesuaikan lagi, itu akan menjadi angin sakal untuk emas. Emas terjebak sideways saat kita menunggu cerita itu akan muncul," kata Boutros kepada Kitco News.

Gagasan bahwa Fed membuat kesalahan kebijakan dengan bertindak terlalu lambat menjadi lebih umum, tambahnya. Mereka perlu istirahat dan mempercepat kenaikan suku bunga lebih cepat. Pada titik ini, mereka sudah terlambat.

Inilah sebabnya mengapa emas berada di posisi yang sulit dan dapat berisiko mengalami aksi jual lebih lanjut di bawah level USD 1.800 per ounce, terutama jika ada penutupan di bawah level USD 1.791.

"Dengan apa yang kami lihat di pasar ekuitas, Anda akan mengharapkan emas untuk menangkap tawaran beli. Kami melakukannya minggu ini, tetapi reli tidak mengesankan. Dari sudut pandang teknis, kami berisiko menguji posisi terendah. Level USD 1.781 atau lebih dalam masih ada di atas meja," kata Boutros.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya