Rupiah Berpotensi Menguat Jumat 3 Juni 2022

Rupiah ditutup menguat pada perdagangan Kamis (2/6/2022).

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 02 Jun 2022, 20:24 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2022, 20:24 WIB
FOTO: Bank Indonesia Yakin Rupiah Terus Menguat
Tumpukan mata uang Rupiah, Jakarta, Kamis (16/7/2020). Bank Indonesia mencatat nilai tukar Rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pada perdagangan Kamis (2/6/2022) Rupiah ditutup menguat 54 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 25 poin di level Rp 14.480. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya Rupiah berada di posisi 14.532.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi menguat pada perdagangan Jumat, 3 Juni 2022.

"Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 14.460 hingga Rp 14.520,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Kamis, 2 Juni 2022.

Secara internal, pemerintah Indonesia optimistis, perekonomian nasional masih akan terus tumbuh kuat dan semakin inklusif di masa depan. Sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat. Ragam faktor telah mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menunjukkan tren yang positif.

Pemerintah memandang prospek pemulihan ekonomi nasional terus menguat. Berkaca pada efek dari periode commodity boom di 2011 dan 2012, investasi akan menjadi pendorong pertumbuhan. Terutama dalam memanfaatkan harga komoditas yang tinggi serta akselerasi transformasi ekonomi.

Sementara dari sisi investasi publik, keberlanjutan proyek-proyek strategis nasional serta pengembangan IKN Nusantara akan mendorong pertumbuhan investasi sekaligus menstimulasi aktivitas investasi sektor swasta di masa depan. 

Membaiknya intermediasi sektor keuangan yang ditandai oleh peningkatan pertumbuhan kredit perbankan, juga akan turut mendukung aktivitas investasi.

Di sisi lain, dorongan dari konsumsi masyarakat juga akan semakin kuat, seiring dengan perbaikan tingkat kesejahteraan. Pola konsumsi juga akan mulai normal.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2023 oleh IMF terkoreksi ke level 3,6 persen akibat konflik geopolitik yang diprediksi akan membawa dampak berkepanjangan pada aktivitas perdagangan dunia. 

Selain itu, implementasi pengetatan kebijakan moneter, khususnya The Fed, yang lebih cepat juga akan mengakibatkan gejolak pasar keuangan global. Sehingga pada akhirnya mendorong peningkatan cost of fund di semua sektor. 

Rentang asumsi pertumbuhan yang cukup lebar mencerminkan faktor ketidakpastian yang tinggi dari dinamika perekonomian global.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Dolar AS Naik

Rupiah Menguat Tipis atas Dolar
Petugas bank menghitung uang dollar AS di Jakarta, Jumat (20/10). Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) masih belum beranjak dari level Rp 13.500-an per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara Rupiah ditutup menguat, Dolar AS juga naik pada Kamis, mencapai level tertinggi tiga minggu terhadap mata uang lainnya. Mata uang AS bertahan kuat dan didukung oleh kenaikan imbal hasil Treasury AS, yang mencapai puncak dua minggu semalam.

Hasil benchmark 10-tahun AS mencapai tertinggi dua minggu 2,951 persen pada Rabu, dengan data menunjukkan aktivitas manufaktur AS meningkat pada Mei 2022 karena permintaan barang tetap kuat. Indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) di 57 dan IMP manufaktur ISM adalah 56,1.

Lowongan pekerjaan AS juga tetap pada level tinggi, dengan indeks lapangan kerja manufaktur Institute of Supply Management (ISM) di 49,6 dan indeks pembukaan pekerjaan JOLT di 11,4 juta.

Imbal hasil telah dalam tren naik karena Federal Reserve AS telah menaikkan suku bunga dengan cepat dalam upaya untuk mengekang inflasi dan menghindari resesi ekonomi. Imbal hasil 10-tahun adalah sentuhan yang lebih lembut di awal Asia pada 2,9145 persen.

Investor juga menunggu laporan pekerjaan AS Jumat, termasuk non-farm payrolls. Bank Sentral Eropa akan mengadakan pertemuan kebijakan pada minggu berikutnya, di mana diharapkan untuk memberikan rincian lebih lanjut tentang rencananya untuk kenaikan suku bunga.

Rupiah Terkoreksi Menanti Data Inflasi dari BPS

Rupiah Stagnan Terhadap Dolar AS
Teller menunjukkan mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rabu pagi melemah jelang rilis data inflasi Mei 2022.

Rupiah pagi ini bergerak melemah 45 poin atau 0,31 persen ke posisi 14.579 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.534 per dolar AS.

"Pergerakan rupiah mulai stabil terhadap dolar AS setelah pekan lalu mengalami penguatan menyusul rilisnya hasil rapat The Fed mengenai suku bunga dan kebijakan BI terkait GWM bank umum," kata analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama dikutip dari Antara, Kamis (2/6/2022).

Bank Indonesia (BI) mempercepat normalisasi kebijakan likuiditas melalui kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) rupiah secara bertahap mulai 1 Juni 2022.

Kewajiban minimum GWM rupiah untuk bank umum konvensional yang pada saat ini sebesar lima persen akan naik menjadi enam persen mulai 1 Juni 2022, 7,5 persen mulai 1 Juli 2022, dan sembilan persen mulai 1 September 2022

Sementara itu, kewajiban minimum GWM rupiah untuk bank umum Syariah dan unit usaha syariah yang pada saat ini sebesar empat persen akan naik menjadi 4,5 persen mulai 1 Juni 2022, 6 persen mulai 1 Juli 2022, dan 7,5 persen mulai 1 September 2022.

Untuk ke depan, lanjut Revandra, faktor yang dapat berpengaruh pada rupiah adalah laporan inflasi bulanan Indonesia.

Laporan Inflasi BPS

Donald Trump Kalah Pilpres AS, Rupiah Menguat
Petugas menghitung uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Senin (9/11/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini Salah satu sentimen pendorong penguatan rupiah kali ini adalah kemenangan Joe Biden atas Donald Trump. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi pada bulan Mei 2022 pada Kamis siang ini.

"Kenaikan inflasi Indonesia yang diprediksi lebih landai dari laporan bulan sebelumnya, akan memberikan sentimen positif untuk rupiah," ujar Revandra.

Ariston memperkirakan rupiah hari ini bergerak di kisaran 14.550 per dolar AS hingga 14.650 per dolar AS.

Pada Selasa (31/5) lalu, rupiah ditutup melemah 21 poin atau 0,15 persen ke posisi 14.578 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.557 per dolar AS.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya